Sunday 28 September 2014

Budidaya Ikan Gabus



Ikan gabus merupakan ikan air tawar liar dan predator benih yang rakus dan sangat
ditakuti pembudidaya ikan. Ikan ini merupakan ikan buas (carnivore yang bersifat
predator). Di alam, ikan gabus tidak hanya memangsa benih ikan tetapi juga ikan
dewasa dan serangga air lainnya termasuk kodok. Bahkan di Kalimantan pernah
dilaporkan gabus memangsa anak bebek. Ini masuk akal karena di sungai dan di
rawa-rawa Kalimantan terdapat jenis gabus berukuran besar (gabus toman/aruan
dan sejenisnya).

Ikan gabus dikenal dengan banyak nama. Ada yang menyebutnya sebagai aruan,
haruan (Melayu dan Banjar), kocolan (Betawi); bayong, bogo, licingan, kutuk (Jawa);
dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris, belut juga disebut dengan berbagai nama,
seperti common snakehead, snake-head murrel, chevron snakehead, striped
snakehead juga aruan. Name ilmiahnya adalah Channa striata (Bloch, 1793) dan
ada yang menyebutnya Ophiocephalus striatus.

Kelas: Pisces

Subkelas: Actinopterygii

Ordo: Perciformes

Famili: Channidaeae

Genus: Channa

Species: Channa sriata/ Ophiocephalus striatus

Ada beberapa jenis gabus. Channa striata merupakan jenis ikan gabus yang banyak
ditemui dan memiliki ukuran tubuh relatif kecil. Jenis lain adalah gabus toman
Channa micropeltes dan Channa pleuropthalmus. Gabus toman merupakan jenis
gabus yang berukuran tubuh besar, mencapai panjang 1 meter dengan berat 5
kg. Ikan gabus memiliki kepala berukuran besar dan agak gepeng mirip kepala ular
(sehingga dinamai snakehead). Terdapat sisik-sisik besar di atas kepala. Tubuh
berbentuk bulat gilig memanjang, seperti peluru kendali atau torpedo. Sirip
punggung memanjang dan sirip ekor membulat di ujungnya. Sisi atas tubuh dari
kepala hingga ke ekor berwarna gelap, hitam kecokelatan atau kehijauan. Sisi
bawah tubuh putih. Sisi samping bercoret-coret tebal (striata). Warna ini sering kali
menyerupai lingkungan sekitarnya. Mulut besar, dengan gigi-gigi besar dan tajam.
Ikan gabus biasa ditemukan di perairan umum sebagai ikan liar. Banyak ditangkap di
danau, rawa, sungai, dan saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah. Di Indonesia,
ikan gabus awalnya hanya terdapat di barat garis Wallacea (Sumatera, Jawa, dan
Kalimantan). Namun dalam perjalanan waktu, ikan gabus diintroduksi (dimasukkan)
ke wilayah Indonesia Timur.

Pada beberapa daerah yang dilalui aliran sungai besar seperti di Sumatera dan
Kalimantan, ikan gabus seringkali terbawa banjir ke parit-parit di sekitar rumah, atau
memasuki kolam-kolam pemeliharaan ikan dan menjadi hama yang memangsa ikanikan
peliharaan. Jika sawah, kolam atau parit mengering, ikan ini akan berupaya
pindah ke tempat lain, atau bila terpaksa, akan mengubur diri di dalam lumpur
hingga tempat itu kembali berair. Oleh sebab itu ikan ini acap kali ditemui ―berjalan‖
di daratan—khususnya di malam hari di musim kemarau—mencari tempat lain yang
masih berair. Ikan gabus bisa bertahan hidup tanpa air karena bisa bernapas
menyerap oksigen bebas menggunakan alat bantu pernapasan berupa ―labirin‖.
Pengendalian.

Biasanya ikan ini menyambar mangsa di permukaan sehingga jika masuk ke kolam
ikan yang lain kehadirannya dapat segera diketahui. lkan gabus yang akan
menyambar mangsa biasanya berdiam diri di sekitar tanaman air (sehingga tidak terlihat oleh mangsanya) dan secara tiba-tiba meluncur cepat ke arah mangsanya
dan langsung menelannya. Mulutnya yang besar memungkinkan untuk itu.

Pada musim kawin, ikan gabus jantan dan betina bekerjasama menyiapkan sarang
di antara tumbuhan di tepi air. Anak-anak ikan berwarna jingga merah bergaris
hitam, berenang dalam kelompok yang bergerak bersama-sama kian kemari untuk
mencari makanan. Kelompok muda ini dijaga oleh induknya. Ini merupakan saat
yang paling baik untuk menangkap/mengusir gabus dari kolam.

Untuk mencegah masuknya gabus ke kolam, pada saat pengolahan, dasar kolam
harus benar-benar kering sampai retak-retak sehingga tidak memungkinkan gabus
bertahan hidup. Biarkan dasar kolam dijemur sinar matahari selama beberapa hari.
Pada bagian saluran pemasukan, dipasang saringan dari ijuk yang sangat rapat
sehingga benih dan telur gabus tidak ikut masuk ke kolam bersama aliran air.

Jika di dalam kolam sudah terdapat ikan gabus, harus segera ditangkap. Biasanya
populasinya tidak begitu banyak. Gabus dapat dipancing dengan mengggunakan
umpan berupa ikan kecil, anak kodok atau eating. Cara pemancingannya cukup
unik, yaitu dengan menggerak-gerakkan umpan di permukaan air. Umpan yang
bergerak biasanya disambar gabus karena disangka mangsanya. Gabus yang
tertangkap dapat dikonsumsi karena memang rasanya enak dan menjadi makanan
favorit di beberapa daerah baik dalam bentuk segar maupun kering/asin.

Ikan inipun mudah sekali didapat, bisa dibeli di pasar, bahkan di warung-warung
sekitar tempat tinggal. Namun apakah mereka tahu asal-usul ikan tersebut. Tentu
saja tidak semua orang tahu, termasuk cara budidayanya. Inilah yang akan dikupas
dalam artikel ini.

Soal asal usul. Ternyata ikan gabus adalah ikan asli Indonesia. Hidup di perairan
sekitar kita, di rawa, di waduk dan di sungai-sungai yang airnya tenang. Namun ikan
gabus yang bisa dibeli di pasar-pasar dan warung-warung, kemungkinan besar dari
Kalimantan. Karena pulau itulah yang kini menjadi pemasok terbesar untuk pasarpasar
seluruh Indonesia. Namun sayang, populasi ikan gabus di alam sudah mulai
berkurang, sehingga budiadaya ikan ini perlu dikembangkan.

Lalu soal cara budidaya ikan gabus. Ternyata ikan inipun tidak susah. Tidak perlu
dengan pemijahan buatan, cukup dengan pemijahan alami. Tentu saja hal ini
disebabkan karena ikan gabus sudah akrab dengan perairan kita. Salah satu
instansi perikanan yang sudah berhasil adalah Balai Budidaya Air Tawar
Mandiangin, Kalimantan Selatan. Artikel inipun diambil dari salah satu leafletnya.

Namun sebelum mengupas tentang cara budidayanya, alangkah lebih baiknya kita
tahu dulu tentang biologinya, terutama habitat, kebiasaan hidup, kebiasaan makan
dan sistematikanya. Di Kalimantan, ikan gabus banyak ditemukan di rawa-rawa
daerah pedalaman, hidup di dasar perairan yang dangkal, bersifat carnivor atau
pemakan daging, terutama ikan-ikan kecil yang mendekatinya. Ikan gabus bersifat
musiman, memijah pada musim hujan dari Bulan Oktober hingga Desember.

Secara sistematika, seorang ahli perikanan, Kottelat (1993) memasukan kedalam :
Kelas : Pisces; Ordo : Labyrinthycy; Famili : Chanidae; Genus : Channa; Spesies :
Channa striata; sinonim dengan Ophiochephalus striatus. Ikan gabus memiliki nama
lain, yaitu gabus isilah Indonesia, Haruan merupakan nama daerah Kalimantan.
Sedangkan dalam Bahasa Inggeri disebut Snaka Head Fish.


BEDA JANTAN DAN BETINA IKAN GABUS
Jantan dan betina ikan gabus bisa dibedakan dengan mudah. Caranya dengan
melihat tanda-tanda pada tubuh. Jantan ditandai dengan kepala lonjong, warna
tubuh lebih gelap, lubang kelamin memerah dan apabila diurut keluar cairan putih
bening. Betina ditandai dengan kepala membulat, warna tubuh lebih terang, perut
membesar dan lembek, bila diurut keluar telur. Induk jantan dan harus sudah
mencapai 1 kg.


PEMIJAHAN IKAN GABUS
Pemijahan dilakukan dalam bak beton atau fibreglass. Caranya, siapkan sebuah bak
beton ukuran panjang 5 m, lebar 3 m dan tinggi 1 m; keringkan selama 3 – 4 hari;
masukan air setinggi 50 cm dan biarkan mengalir selama pemijahan; sebagai
perangsang pemijahan, masukan eceng gondok hingga menutupi sebagian
permukaan bak; masukan masukan 30 ekor induk betina; masukan pula 30 ekor induk jantan; biarkan memijah; ambil telur dengan sekupnet halus; telur siap untuk
ditetaskan.
Untuk mengetahui terjadinya pemijahan dilakukan pengontrolan setiap hari. Telur
bersifat mengapung di permukaan air. Satu ekor induk betina bisa menghasilkan
telur sebanyak 10.000 – 11.000 butir.


PENETASAN TELUR IKAN GABUS
Penetasan telur dilakukan di akuarium. Caranya : siapkan sebuah akuarium ukuran
panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari; isi air bersih
setinggi 40 cm; pasang dua buah titik aerasi dan hidupkan selama penetasan;
pasang pula pemanas air hingga bersuhu 28 O C; masukan telur dengan kepadatan
4 – 6 butir/cm2; biarkan menetas. Telur akan menetas dalam waktu 24 jam. Sampai
dua hari, larva tidak perlu diberi pakan, karena masih menyimpan makanan
cadangan.


PEMELIHARAAN LARVA IKAN GABUS
Pemeliharaan larva dilakukan setelah 2 hari menetas hingga berumur 15 hari, dalam
akuarium yang sama dengan kepadatan 5 ekor/liter. Kelebihan larva bisa dipelihara
dalam akuarium lain. Pada umur 2 hari, larva diberi pakan berupa naupli artemia
dengan frekwensi 3 kali sehari. Dari umur 5 hari, larva diberi pakan tambahan
berupa daphnia 3 kali sehari, secukupnya. Untuk menjaga kualitas air, dilakukan
penyiponan, dengan membuang kotoran dan sisa pakan dan mengganti dengan air
baru sebanyak 50 persen. Penyiponan dilakukan 3 hari sekali, tergantung kualitas
air.


PENDEDERAN IKAN GABUS
Pendederan I ikan gabus dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran
200 m2; keringkan selama 4 – 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalir
dengan lebar 40 cm dan tinggi 10 cm; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 5 – 7
karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari
(air tidak dialirkan); tebar 4.000 ekor larva pada pagi hari; setelah 2 hari, beri 1 – 2
kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam setiap hari; panen benih dilakukan
setelah berumur 3 minggu.

No comments:

Post a Comment