Potensi
lahan pertambakan di Indonesia diperkirakan mencapai 913.000 ha. Akan tetapi,
menurut catatan departemen kelautan dan perikanan (DKP, 2004), luas areal
pertambakan yang dimanfaatkan hingga tahun 2004 baru sekitar 378.700 ha atau
40% dari potensi lahan pertambakan. Luasan tersebut pun mengalami pengurangan
karena berbagai faktor, di antaranya alih fungsi lahan untuk kepentingan
industri dan pemukiman penduduk.
Potensi
unggul perikanan di antaranya adalah ikan bawal bintang. Bawal bintang (Trachinotus
blochii) adalah salah satu jenis komoditas ikan
air laut pelagis yang merupakan spesies introduksi dari Taiwan dan mempunyai
nilai ekonomis yang tinggi. Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii) atau yang dikenal dengan Pompano, mulai
mendapat tempat di hati masyarakat. Ikan ini dapat dibudidayakan di Indonesia
dan mempunyai daya adaptasi tinggi dan mudah dibudidayakan. Ketersediaan benih
bawal bintang sebelum 2007 masih diimpor dari Malaysia yang harganya mahal
yaitu seharga Rp 4000,00 dengan ukuran 3 cm. Akan tetapi pada saat ini Indonesia melalui Balai
Budidaya Laut Batam sudah dapat memproduksi benih bawal bintang dengan
pemijahan induk yang berasal dari alam dan dijual dengan harga Rp 400,00 hingga
Rp 500,00 per cm (Anonim, 2007).
Proses
budidaya bawal bintang (Trachinotus blochii)
dibedakan menjadi pembenihan dan pembesaran. Kegiatan pembesaran juga merupakan
kunci utama dalam proses budidaya ikan bawal bintang hingga ukuran konsumsi.
Usaha dalam budidaya bawal bintang memiliki potensi besar untuk dikembangkan
karena dalam pembudidayaannya dapat dilakukan secara massal dan peluang usaha
masih terbuka karena potensi lahan budidaya masih tersedia (Kadari et al., 2008). Selain itu, pangsa pasar
bawal bintang yang cukup menjanjikan, baik dalam maupun luar negeri. Beberapa
negara konsumen utama bawal bintang selama ini antara lain Jepang, Hongkong,
China dan Kanada.
Dewasa
ini, usaha pembesaran ikan bawal bintang sudah mulai bermunculan di Indonesia.
Pengelolaan pembesaran dimulai dari persiapan wadah pemeliharaan, penebaran
benih, manajemen pakan, dan pemanenan. Tambak-tambak pembesaran yang ada,
diharapkan mampu menghasilkan ikan bawal bintang yang berkualitas sesuai dengan
siklus budidaya yang telah dibudidayakan yaitu sekitar 6 bulan.
Salah
satu perusahaan yang
bergerak dalam usaha pembesaran ikan bawal bintang adalah PT. Suri Tani Pemuka,
Desa Sidodadi, Karang Tekok, Kelurahan Sumberwaru, Kecamatan Banyuputih,
Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Perusahaan ini merupakan salah satu unit usaha
pembesaran ikan bawal bintang yang telah mampu menerapkan teknologi pembesaran
secara intensif, memilik tenaga ahli serta fasilitas yang cukup lengkap,
sehingga dapat menghasilkan bawal bintang ukuran konsumsi yang berkualitas
dengan jumlah produksi 8 ton per siklus. Berkaitan dengan nilai ekonomis bawal
bintang yang tinggi dan kemampuan PT. Suri Tani Pemuka Situbondo dalam
penerapan teknologi tersebut, maka penulis memilih kegiatan praktik kerja
industri pembesaran ikan bawal bintang yang berlokasi di PT. Suri Tani Pemuka
Situbondo.
Lokasi Perusahaan
PT. Suri Tani Pemuka
Situbondo berlokasi di Desa Sidodadi, Karang Tekok, Sumberwaru, Kecamatan
Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Lokasi ini berada di sebelah barat
Taman Nasional Baluran dan berbatasan langsung dengan Pantai Utara Jawa di
sebelah utara. Lokasi ini pun dekat dengan kota Banyuwangi yaitu sekitar 50
kilometer.
Waktu yang
dibutuhkan untuk menempuh perjalanan dari Cirebon sampai ke lokasi bergantung
dari sarana transportasi yang digunakan. Lokasi ini dapat ditempuh dengan jalan
darat menggunakan bus (waktu tempuh sekitar 20-24 jam).
Organisasi dan Ketenagakerjaan
PT. Suri Tani Pemuka
Situbondo berdiri pada tahun 1992 dengan komoditas awal adalah udang vaname (Litopenaeus vannamei). Perusahaan ini
merupakan perusahaan yang tergabung dalam PT. Japfa Comfeed Indonesia di bawah
Divisi Aquafeed. PT. Japfa Comfeed dikenal sebagai perusahaan yang bergerak
dalam bidang pakan ternak dan ikan. Perusahaan ini memiliki beberapa unit yaitu
hatchery udang dan ikan PT. Suri Tani Pemuka Anyer, PT. Suri Tani Pemuka
Bali, PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi, dan PT. Suri Tani Pemuka Situbondo.
Beberapa unit pabrik pakan ternak, unit produksi ayam, unit pengolahan unggas,
unit cold storage Cirebon, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, tambah pembesaran bawal bintang PT.
Suri Tani Pemuka Situbondo yang bergerak di bidang budidaya perairan (produksi
benih) hanya merupakan pendukung dari kedua kegiatan utama tersebut.
Namun, sejak akhir
tahun 2011, PT. Suri Tani Pemuka Situbondo beralih fungsi menjadi lokasi
pembesaran ikan bawal bintang. Hal ini diduga air yang digunakan mengandung
senyawa kimia atau penyakit udang tertentu sehingga tidak cocok untuk melakukan
budidaya udang. Benih yang diperoleh didatangkan
dari PT. Suri Tani Pemuka Bali.
PT. Suri Tani Pemuka
Situbondo terdiri dari beberapa unit kerja yang terbagi menjadi unit produksi
dan unit non-produksi. Unit produksi terdiri bagian pembesaran benih, bagian
laboratorium, dan bagian logistik. Sedangkan bagian non-produksi terdiri dari
bagian maintanance and electrical (ME), bagian personalia dan kantor,
bagian pembelian (purchasing), bagian laporan dan keuangan (financing
and accounting), dan bagian penjualan (marketing). Struktur
organisasi PT. Suri Tani Pemuka Bali dapat dilihat pada Lampiran 1. Jumlah karyawan
PT. Suri Tani Pemuka Situbondo adalah sebanyak 27 orang (Lampiran 2).
Bagian pembesaran
benih terbagi menjadi empat sub bagian, yaitu petakan A6, petakan A7, petakan
B3, dan petakan B4. Pembagian ini didasarkan pada siklus produksi dan
spesifikasi kerja karyawan. Terkait dengan siklus produksi, pembagian menjadi
empat petakan memiliki beberapa kelebihan yaitu tetap terdapat pemanenan ikan
setiap 2 bulan. Sehingga pembagian ini menentukan keberlanjutan PT. Suri Tani
Pemuka Situbondo untuk menghasilkan ikan bawal bintang ukuran konsumsi dan
memenuhi permintaan konsumen. Sedangkan maksud dari pembagian produksi yang
didasarkan pada spesifikasi kerja karyawan adalah memfokuskan karyawan pada
cakupan pekerjaan yang lebih kecil. Hal ini berarti tidak terlalu banyak
karyawan yang mengelola setiap petaknya. Sehingga manajemen, pengotrolan
produksi, dan pembagian kerja akan semakin lebih mudah, efektif, dan menjadi
tanggung jawab masing-masing pengelola petakan. Ukuran ikan konsumsi yang biasa
dipanen oleh PT. Suri Tani Pemuka Situbondo yaitu sekitar 350-600 gram dan
disesuaikan dengan permintaan konsumen.
Bagian laboratorium
bertugas untuk mengontrol kualitas air, kelimpahan plankton, dan kondisi benih.
Bagian logistik bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan, melaksanakan,
mengontrol, dan mengevaluasi seluruh kegiatan yang berkaitan dengan arus keluar
masuk barang di dalam maupun di luar lingkungan perusahaan serta kegiatan yang
berkaitan dengan pemakaian, perawatan, dan perbaikan kendaraan logistik.
PEMBAHASAN
1.1 Persiapan
Lahan
PT. Suri Tani Pemuka Situbondo
menggunakan lahan tambak yang dilapisi terpal high density polyethilene (HDPE). Jumlah tambak yang digunakan
dalam proses pembesaran ikan bawal bintang adalah sebanyak 4 petak yang diberi
label A6, A7, B3, dan B4. Ukuran atau dimensi petakan dapat dilihat pada Tabel
1 di bawah ini.
Tabel 1. Dimensi
wadah budidaya PT. Suri Tani Pemuka Situbondo
Label
Petakan
|
Dimensi
Wadah (m)
|
Tinggi
Air
Budidaya
(m)
|
Volume
Media
Budidaya
(m3)
|
||
Panjang
|
Lebar
|
Tinggi
|
|||
A6
|
79,0
|
48,0
|
2
|
1,2
|
4.550,4
|
A7
|
79,0
|
50,0
|
2
|
1,2
|
4.740,0
|
B3
|
83,5
|
49,0
|
2
|
1,2
|
4.909,8
|
B4
|
77,0
|
46,0
|
1,5
|
1,2
|
4.250,4
|
Sebelum memulai proses pembesaran ikan
bawal bintang, wadah pemeliharaan benih disiapkan terlebih dahulu. Proses
penyiapan ini meliputi perbaikan sarana dan prasarana pendukung, pembersihan,
dan pengisian air. Proses perbaikan dilakukan
pada wadah produksi, instalasi aliran air masuk (inlet), instalasi listrik serta saluran pembuangannya (outlet). Alur proses persiapan wadah
dapat dilihat pada Lampiran 3.
Penyiapan wadah pemeliharaan benih bertujuan
untuk menciptakan lingkungan yang optimal bagi kehidupan, pertumbuhan, dan
perkembangan benih, serta menghilangkan atau mengurangi potensi serangan
mikroorganisme terhadap benih tersebut. Mengingat benih merupakan stadia yang
paling kritis maka penyiapan wadah pemeliharaannya pun harus dilakukan secara
seksama. Wadah pemeliharaan benih sudah disiapkan sebelum benih ditebar.
Pembersihan wadah bertujuan untuk
mengangkat tiram-tiram yang menempel pada terpal dan andang (catwalk) akibat proses budidaya
sebelumnya. Selain tiram, juga terdapat pasir, lumpur, dan lumut yang bisa
mengganggu kualitas air jika diisi kembali.
Setelah wadah bersih dari
kotoran-kotoran tersebut diangkat, selanjutnya dilakukan penyemprotan menggunakan
air yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang masih tersisa dalam
petakan.
Penyemprotan asam klorida (HCl)
dilakukan setelah dipastikan wadah benar-benar bersih. Penyemprotan HCl
berfungsi sebagai disinfektan untuk memusnahkan dan membunuh virus, bakteri,
dinoflagelata, virus/parasit yang memiliki kista (dalam bentuk kalsium melalui
proses kalsinasi) dan organisme lainnya seperti ikan.
Penyemprotan HCl dilakukan pada pagi
hari yang diawali dengan mengisi air tawar pada bak fiber yang bervolume 500
liter. Selanjutnya, HCl dengan konsentrasi 32% dilarutkan ke dalamnya sehingga
memiliki konsentrasi 1%. Setelah merata dengan cara diaduk, cairan tersebut
disemprotkan pada dinding kolam, dasar kolam, serta barang-barang yang akan
digunakan seperti kincir, kabel, jaring penyekat, dan sebagainya.
Pada saat penyemprotan HCl 1% tersebut
dibutuhkan kehati-hatian. Proses tersebut harus mengenakan sarung tangan dan
pakaian pelindung tubuh lainnya seperti jas hujan. Hal ini dilakukan untuk
menghindari kontak langsung antara cairan dengan kulit yang dapat menyebabkan
gatal-gatal dan iritasi.
Setelah tahap penyemprotan dengan HCl
1%, kolam diisi air setinggi 80 cm pada siang harinya. Hal ini bertujuan untuk
melarutkan kandungan HCl yang masih tersisa. Proses ini dioptimalkan dengan
melakukan pemasangan kincir. Jumlah kincir (Actec®) yang digunakan
harus disesuaikan dengan jumlah ikan yang akan kita tebar pada petakan. Satu unit
kincir mampu memenuhi kebutuhan oksigen terlarut untuk 1-1,5 ton jumlah ikan.
Selain itu, tujuan lain dari pemasangan
kincir antara lain untuk membuat arus sehingga penyebaran bahan desinfektan
atau pupuk dapat merata, mengumpulkan bahan buangan metabolik seperti lumpur
dan sisa pakan yang tidak termakan pada satu titik agar memudahkan dalam proses
penyiponan, dan mengoptimalkan penyebaran plankton.
Sehari setelah pengisian air dilakukan
penebaran trichlor (kandungan klorin sebesar 90%) sebanyak 10 ppm. Trichlor
digunakan untuk mendesinfektasi organisme merugikan yang dapat masuk bersamaaan
pada proses pengisian air. Organisme tersebut dapat berupa bakteri, parasit,
jamur, dan hewan kecil lainnya.
Hari berikutnya dilakukan penebaran
kapur pertanian (CaCO3) sebanyak 10 ppm dan pupuk ZA sebanyak 2 ppm.
Hal ini bertujuan untuk menyediakan unsur hara bagi pertumbuhan plankton
(khususnya menyediakan unsur kalsium dan karbon dioksida pada proses
fotosintesis). Kedua jenis bahan ini ditebar selama dua hari sekali dan
dihentikan hingga plankon tumbuh.
Setelah pertumbuhan plankton optimal ditandai
dengan perubahan warna air menjadi hijau muda, maka dilakukan penebaran bakteri
fotosintetik (PSB, photosynthetic
bacteria), Bacillus sp. dan Asperigillus sp. Ketiga jenis bakteri
tersebut digunakan untuk menjaga kualitas air agar tetap konstan atau stabil.
Media untuk masing-masing bakteri dapat dilihat pada Lampiran 4. Bakteri
fotosintetik (PSB) digunakan untuk membatasi karbon dioksida (CO2)
dan meningkatkan oksigen terlarut (DO, dissolved
oxygen). Jumlah pemberian bakteri ini adalah sebanyak 10 liter per hari
hingga masa panen dengan kepadatan 1x103 sel/ml.
Bacillus sp. diberikan selama satu bulan pertama sebanyak 10
liter/hari dengan kepadatan yang sama. Pemberian bakteri ini bertujuan untuk
mengontrol pertumbuhan plankton, menstabilkan alkalinitas, dan mempertahankan
pH 7,2-7,5. Secara umum, Bacillus sp.
memiliki kemampuan untuk melangsungkan denitrifikasi, melarutkan karbonat,
melarutkan pospat, dan menurun pH substrat akibat asam organik yang
dihasilkannya (Hidayat, 2011).
Bakteri
Aperigillus sp. diberikan selama lima
bulan terakhir dengan jumlah dan kepadatan yang sama yaitu 10 liter/hari
sebanyak 1x103 sel/ml. Penggunaan bakteri ini juga sebagai upaya
pengontrolan plankton dan bermanfaat dalam proses penguraian bahan-bahan
metabolik (lumpur dan sisa pakan yang tidak termakan), sehingga diharapkan
media budidaya bertahan dalam kondisi bersih.
1.2 Penebaran Benih dalam Hapa
Hapa
disiapkan sebelum penebaran benih. Hapa yang digunakan berupa super net yang memiliki dimensi 2x2x2 m3
dengan ukuran mata jaring 0,5x0,5 cm2. Benih ditebar sebaiknya
dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00 atau siang hari sekitar pukul 13.00
WIB.
Parameter
kualitas air media budidaya terlebih dahulu diukur, mencakup kandungan oksigen
terlarut (DO), suhu, pH, dan salinitas. Selanjutnya, dilakukan proses
penyesuaian parameter kualitas air antara wadah transportasi dan media pada
petakan. Penyesuaian tersebut dilakukan dengan cara memasukan air dalam petakan
ke dalam wadah transportasi dengan menggunakan pompa air. Setelah diperoleh
kondisi yang sama, benih pun mulai dikeluarkan dari dalam wadah transportasi ke
wadah-wadah penampung berupa bak fiber
bervolume 500 liter yang telah dilengkapi dengan aerasi. Ikan-ikan tersebut
didiamkan selama beberapa saat hingga terlihat aktif kembali dengan asumsi
tingkat kestresan menurun selama proses transportasi. Kemudian, ikan diangkat
menggunakan seser halus dan dimasukan ke dalam baskom untuk selanjutnya ditebar
ke dalam hapa.
1.3 Pemeliharaan
Ikan Bawal Bintang
1.3.1 Pemberian Pakan Ikan dalam Hapa
Ikan bawal bintang dipelihara pada kisaran salinitas
30-33 ppt, suhu 27-32°C, dengan pH pada 7,5-8,4. Setelah
proses penebaran, umumnya benih terlihat tidak langsung memakan pakan yang
diberikan. Ikan baru mulai makan dengan normal sekitar 5 jam setelah tebar.
Benih diberi pakan 4 kali dalam sehari yaitu pada jam 07.00, 10.00, 13.00, dan
15.00 WIB.
Tabel 2. Jenis
dan feed rate pakan ikan bawal bintang
dalam hapa
Ukuran
Ikan (gram)
|
Jenis
Pakan
|
Feed
Rate (%)
|
Frekuensi Pakan
(kali/hari)
|
2-10
|
KRA 1/KRA 1,3
|
6-8
|
4
|
11-25
|
KRA 1,6/KPA3
|
4-6
|
4
|
1.3.2 Penggantian Hapa
Penggantian hapa dimaksudkan untuk
mengangkat buangan metabolik seperti pakan yang tidak termakan maupun feses
ikan yang dapat menyebabkan keracunan dan penyakit pada ikan. Selain itu,
pemasangan hapa baru berguna agar penyebaran oksigen terlarut dapat lebih
optimal masuk ke dalamnya. Penggatian hapa rutin dilakukan setiap 5-7 hari atau
bisa lebih cepat tergantung dari kondisi kebersihan jaring. Jaring yang kotor
kemudian disimpan di tempat pencucian jaring untuk dibersihkan agar dapat
digunakan kembali.
1.3.3 Tebar Benih
dalam Petakan
Benih ikan bawal bintang ditebar setelah berukuran
minimal 7 cm. Benih dilepas dari hapa ke dalam petakan. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan ruang gerak agar ikan dapat tumbuh secara optimal. Dalam proses
pelepasan ikan tersebut selanjutnya dicari posisi daerah pemberian pakan (feeding ground).
1.3.4 Pemberian Pakan Ikan dalam Petakan
Pemberian pakan pada benih ikan bawal
bintang yang telah dilepas ke dalam petakan dilakukan dengan frekuensi 4 kali/hari
yaitu pada pukul 07.00, 10.00, 13.00, dan 15.00 WIB. Jenis pakan diberikan
yaitu KRA 1,6, KPA 3, KPA 5, dan KPA7. Pemberian jenis pakan KRA 1,6 dan KPA 3
dilakukan selama sekitar 2 bulan sebanyak 20 kg/hari, kemudian jenis pakan KPA
5 selama 1,5 bulan dan KPA 7 diberikan hingga ikan siap untuk dipanen.
Tabel 3. Dosis dan jenis pakan untuk ikan yang
dilepas dalam petakan
Ukuran
Ikan (gram)
|
Jenis
Pakan
|
Feed
Rate (%)
|
Frekuensi Pakan
(kali/hari)
|
26-100
|
KPA 3
|
2,75-4
|
3
|
101-200
|
KPA 5
|
1,75-2,75
|
3
|
201-400
|
KPA 7
|
1-1,75
|
2
|
>400
|
KPA 7/KPA 10
|
0,75-1
|
2
|
1.3.5 Pengelolaan Kualitas
Air
Dalam proses budidaya ikan, pengelolaan
kualitas air sangat penting. Hal ini disebabkan kualitas air memiliki dampak
secara langsung terhadap perkembangan dan pertumbuhan ikan yang dibudidaya. Jika
pengelolaannya kurang bagus maka akan dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat,
mudah terserang penyakit seperti parasit, bakteri, atau penyakit ikan lainnya,
serta dapat menyebabkan kematian.
Terdapat beberapa proses pengelolaan
kualitas air pada PT. Suri Tani Pemuka Situbondo, yaitu pergantian air (water rolling) dan penyiponan.
Pergantian air dilakukan selama kurang lebih 7 jam/hari. Proses ini bertujuan untuk
menganti air yang lama agar lebih segar serta mengeluarkan kotoran seperti sisa-sisa
bagian plankton atau organisme lain yang telah mati dan bibit penyakit yang
terkandung pada air petakan.
Proses pergantian air yang optimal pada
budidaya ikan bawal bintang dilakukan 50% hingga 100% (Kadari, 2008). Akan tetapi
pergantian air yang dilakukan pada PT. Suri Tani Pemuka Situbondo hanya sekitar
16%. Hal ini disebabkan stok air yang tersedia digunakan untuk menyuplai
pergantian air pada petakan lainnya.
Proses penyiponan bertujuan untuk
membuang bahan-bahan metabolik yang terdapat atau mengendap di dasar petakan.
Bahan-bahan metabolik dapat berupa lumpur, sisa-sisa pakan yang tidak termakan,
atau mikroorganisme yang telah mati. Penyiponan dilakukan 3 hari sekali selama
1-2 jam dengan menggunakan selang spiral.
Selain itu, proses pengontrolan
kualitas air juga dilakukan setiap harinya dengan mengukur parameter kualitas
air setiap petakan pada tiga titik yang berbeda yaitu titik inlet, tengah, dan outlet. Parameter kualitas air yang diukur pada tambak PT. Suri
Tani Pemuka Situbondo yaitu kadar oksigen terlarut (DO), salinitas, pH, suhu,
dan kecerahan. Suhu dan DO diukur menggunakan DO meter dengan merek dagang YSI®,
mengukur pH menggunakan pH meter bermerek Geotestr®. Untuk mengukur
salinitas menggunakan refraktometer dengan merek Atago®, sedangkan pengukuran
kecerahan dilakukan dengan menggunakan Sacchi
Disk.
1.3.6 Sampling
Sampling dilakukan satu bulan sekali dengan mengambil sampel
30 ekor ikan bawal bintang. Parameter sampling
meliputi panjang total dan bobot. Sebelum dilakukan pengukuran dan penimbangan
ikan bawal bintang yang dijadikan sampel diberi MS-222 berbentuk serbuk sebagai
bahan anestetik (pembiusan). Selain untuk mengetahui pertumbuhan ikan baik
bobot maupun panjang, tujuan lain dari sampling
adalah menentukan jumlah pakan yang diberikan berdasarkan feeding rate (FR) dan mengetahui kondisi kesehatan ikan.
1.3.7 Penanggulangan
Hama dan Penyakit
Penyakit yang biasa menyerang pada ikan
bawal adalah Cryptocaryasis yang
disebabkan oleh parasit Cryptocaryon
irritans. Ciri-ciri penyakit ini yaitu nafsu makan menurun, kurus, warna
tubuh menjadi gelap, ikan menggosok-gosok tubuh pada objek lain (jaring, dinding kolam, dll), muncul
bintik-bintik putih atau coklat pada sirip, kulit, atau insang. Produksi lendir
berlebih, sirip sobek. Pada tingkat infeksi tinggi seringkali disertai
pendarahan, mata buram sehingga menyebabkan kebutaan. Infeksi sekunder oleh
bakteri akan memperburuk kondisi kesehatan dan mempercepat proses kematian
(KKP, 2010).
Cryptocaryon irritans hidup pada
kulit dan insang ikan selama 7 hari,
pada suhu air 24-27°C. Fase hidup dalam tubuh ikan ini disebut sebagai trophont.
Setelah dewasa, parasit ini akan meninggalkan tubuh ikan dan masuk dalam
lingkungan air sebagai sebuah sel tunggal besar bernama tomont. Tomont
akan berenang dalam air selama 12 - 18 jam.
Selanjutnya membentuk kista dengan dinding lengket sehingga memungkinkannya
melekat pada benda-benda yang berada dalam wadah pemeliharaan, seperti batu
karang, jaring, dll. Kista ini berukuran 200-400 mikron.
Sel di dalam kista kemudian membelah diri dan
menghasilkan 200 parasit yang disebut tomite. Proses pembelahan sel
tersebut berlangsung sekitar 3 - 28 hari. Masing-masing sel hasil
pembelahan ini berukuran 25-60 mikron. Setiap sel akan membentuk bulu
getar yang selanjutnya akan menembus kulit kista dan berenang dalam
air. Parasit pada fase ini disebut sebagai theront. Dengan ukuran
sedemikian kecil theront tidak akan dapat dilihat dengan mudah dengan mata
telanjang.
Theront hanya hidup beberapa jam saja dalam air apabila tidak mendapatkan
ikan sebagai inangnya. Begitu mendapatkan ikan, theront dalam waktu 5 menit akan membenamkan dirinya pada kulit
dan insang, kemudian hidup dan tumbuh di sana.
Cara yang dilakukan oleh PT. Suri Tani
Pemuka Situbondo dalam menanggulangi parasit ini adalah dengan melakukan
perlakuan (treatment) menggunakan
formalin 50 ppm dan Purazolidon® (dengan bahan aktif ???)
dengan konsentrasi 100 ppm.
Pada proses treatment menggunakan bak fiber
yang telah diisi air sebanyak 500 liter. Kemudian kedua bahan treatment yaitu formalin sebanyak 25 ml
dan Purazolidon®
sebanyak 5 gram dilarutkan ke dalamnya.
Ikan yang terindikasi adanya infeksi parasit Cryptocaryon irritans diangkat dan dimasukkan ke dalam media treatment tersebut serta dibiarkan maksimal
1 jam. Waktu perendaman ikan pada media tratment
juga disesuaikan dengan kondisi ikan. Jika sudah terlihat gelisah, benih ikan
bawal bintang tersebut langsung diangkat dan masukan benih ke dalam hapa baru.
Setelah itu, air sisa treatment dialirkan melalui selang ke outlet menggunakan pompa. Hal ini
bertujuan untuk menghindari masuknya bibit penyakit atau parasit yang masih
mampu bertahan dalam media treatment dan
juga agar tidak mencemari air pemeliharaan pada petakan.
Hama dan penyakit bukan hanya terjadi
pada saat pemeliharaan di hapa saja tetapi juga terjadi pada pemeliharaan ikan
bawal bintang di petakan (setelah dilepas). Untuk mencegah timbulnya hama dan
penyakit dalam petakan adalah dengan cara tebar Neguvon® dengan
konsentrasi 0,025 ppm. Neguvon® terlebih dahulu dilarutkan dalam 1 liter air
kemudian ditebar di sekitar kincir.
1.3.8 Pemanenan
Pemanenan bawal bintang ini dilakukan pada ikan
berumur atau telah dipelihara selama ± 180 hari (6 bulan) dengan bobot ikan
sekitar 350-500 gram/ekor. Proses pemanenan diawali dengan pemasangan hapa,
penjaringan ikan, pengangkatan ikan, proses bleeding,
packing, hingga proses transportasi
ke cold storage Banyuwangi.
1.3.9 Pemasangan Hapa
Pemasangan hapa dilakukan di sekitar
andang/catwalk yang dekat ke arah
pematang. Hapa berbentuk persegi berukuran 2x2 m2 dilengkapi dengan
pemberat hapa dan instalasi aerasi. Hapa berada pada ketinggian 10 cm dari
dasar tambak dengan ketinggian air 60 cm. Hapa dipasang sedemikian rupa
sehingga mampu menampung ikan hasil penjaringan sebanyak 50 ekor/hapa.
Pada proses penjaringan ikan menggunakan
dua tahapan jaring yang disebut jaring luar dan jaring dalam. Jaring luar
berfungsi untuk mengumpulkan atau menggiring ikan agar mudah dalam proses
penjaringan selanjutnya. Jaring luar yang terisi ikan dibentuk setengah
lingkaran hingga ke arah tanggul atau pematang. Kemudian ikan bawal bintang
dijaring tahap kedua dengan menggunakan jaring dalam yang lebih kecil. Ikan
yang berada dalam jaring dalam tersebut diseser dan diseleksi. Jika ikan ditemukan
cacat ataupun ukuran ikan belum siap untuk dipanen maka ikan tersebut akan
dikembalikan ke dalam petakan. Ikan yang telah sesuai dengan ukuran dimasukan ke dalam ember dan diangkut untuk
kemudian dimasukan ke dalam hapa.
Pemanenan
ikan bawal bintang dilakukan dini hari sekitar pukul 00.00 WIB hingga 05.00
WIB. Ikan yang telah berada dalam hapa diserok dan diangkat untuk kemudian
dimasukan ke dalam ember-ember yang bervolume 20 liter. Setiap ember menampung
10-15 ekor ikan. Penyerokan atau pengangkatan ikan dimulai dari hapa yang
terdekat dengan saung atau rumah jaga. Ember-ember yang telah berisi ikan
tersebut selanjutnya dibawa menuju alat transportasi menuju proses bleeding (pelepasan darah). Sebelum
dibawa ke alat transportasi, ikan telah dihitung jumlahnya.
Ikan
yang telah diangkat dari tambak selanjutnya menuju tempat pencucian awal. Ikan
dimasukan ke dalam jaring pencuci dan ditempatkan dalam wadah air tawar (bak
beton). Pada proses ini, ikan dipastikan bersih dari lumut dan lendir. Air
tawar pada pencucian ini diganti secara berkala jika terlihat keruh. Proses
berikutnya adalah pemutusan aliran darah pada insang. Ikan-ikan yang telah
bersih selanjutnya dipotong insangnya dan dimasukan ke dalam bak fiber bervolume 500 liter yang telah
berisi air tawar sebanyak 250 liter. Darah dari ikan-ikan tersebut dibiarkan
merembes keluar selama 10 menit. Air dalam bak fiber yang telah bercampur darah dibuang dan diganti dengan air
tawar yang baru.Proses bleeding bertujuan
mengeluarkan sebagian darah dalam tubuh sehingga mampu mencegah terjadinya
proses pembusukan ikan selama perjalanan menuju cold storage.
Ikan-ikan
yang telah mati diangkat dan dimasukan ke dalam wadah baskom yang telah
dilubangi agar air bercampur darah tidak ikut pada saat proses pencucian tahap
kedua. Proses pencucian ini menggunakan air tawar yang menggalir. Proses ini
pun bertujuan agar gumpalan-gumpalan darah yang telah membeku dan sisa-sisa
rembesan darah pada ikan tidak ikut dalam proses selanjutnya.
Ikan
yang telah dicuci bersih kemudian dimasukan ke dalam wadah bak fiber yang telah diisi es curah dan air
tawar sebanyak 50 liter. Ikan dibiarkan selama kurang lebih 30 menit hingga
mengeras (membeku). Tujuan dari proses ini adalah untuk menghentikan laju
perkembangbiakan bakteri pembusuk pada ikan. Es curah dalam wadah fiber pada proses ini ditambah secara
bertahap seiring dengan dengan bertambahnya ikan yang telah melewati proses bleeding dan pencucian akhir. Proses ini
dapat dikatakan sebagai proses antara atau proses pertengahan sebelum menuju
proses pembekuan dalam wadah transportasi ke cold storage.
Ikan-ikan
bawal bintang yang telah selesai proses pembekuan awal selanjutnya ditata rapi
dalam wadah transportasi yang telah berisi es curah. Penataan ikan dilakukan
dengan meletakkan ikan secara terbalik (perut berada pada posisi di atas). Hal
ini bertujuan agar sisa-sisa pakan atau isi perut tidak keluar selama proses
transportasi berlangsung.
Selain ikan bawal
bintang segar, PT Suri Tani Pemuka Situbondo juga melayani konsumen yang
menginginkan ikan bawal bintang hidup sampai ke lokasinya. Permintaan ikan
bawal bintang hidup ditujukan kepada restoran-restoran Jakarta dan Bali.
Persiapan
yang matang terhadap ikan hidup dan bahan pengemas sangat diperlukan untuk
memperlancar dan melindungi ikan agar tetap segar hingga tiba di tempat tujuan.
Persiapan terhadap ikan berupa kegiatan pemuasaan dan pemilahan ukuran (grading). Pemuasaan bertujuan untuk
menghindarkan terjadinya buangan sisa-sisa metabolisme dalam tubuh ikan yang
dapat menurunkan kualitas air selama proses transportasi. Lama pemuasaan
sekitar 6-24 jam, tergantung ukuran ikan. Semakin besar ikan pumuasaannya pun
semakin lama. Sementara pemilahan ukuran dilakukan untuk menyeragamkan ukuran ikan
dalam satu wadah pengangkutan.
Adapun
alat yang diperlukan dalam packing
ikan bawal bintang hidup berupa wadah berbahan fiberglass, aerator (Hi-Blow®) atau oksigen murni,
selang dan batu aerasi, serta pompa celup. Selain itu, bahan lain yang perlu
disiapkan adalah air laut dan es batu. Air laut tersebut harus jernih dengan
salinitas yang sama dengan media air budidaya (33-34 ppt), sedangkan es batu
digunakan untuk menurunkan suhu air media angkut sampai 22 °C.
Suhu yang rendah menyebabkan proses metabolisme berjalan lambat sehingga
penggunaan oksigen menjadi rendah dan metabolisme yang berlebihan dalam tubuh
dapat dihindari.
Waktu tempuh adalah 28 jam untuk
lokasi Jakarta dan 5 jam untuk daerah Bali. Alat transportasi yang digunakan
berupa kendaraan darat yaitu truk. Wadah angkutnya berupa bak/tangki fiberglas yang telah terisi air laut
penuh. Suhu air laut harus stabil selama dalam perjalanan, yaitu sekitar 19-25
°C.
Untuk
memenuhi kebutuhan oksigen bagi ikan selama pengangkutan, media pengangkutan
perlu diberi aerasi. Sebelum ikan dimasukan, air di dalam tangki diberi pecahan
es balok sebanyak 5 buah untuk menstabilkan suhu air terlebih dahulu. Es balok
juga dimasukan ke dalam wadah kotak sebelah tangki sebanyak 5 buah yang berguna
untuk menstabilkan suhu selama perjalanan. Proses ini menggunakan sistem
resirkulasi yang telah dirancang khusus untuk meminimalisir kegagalan dalam
proses transportasi. Selanjutnya, ikan dimasukan ke dalam dengan kepadatan ikan
150 kg/ton air.
KESIMPULAN
2.1Kesimpulan
Proses
pembesaran bawal bintang (Trachinotus
blochii) memiliki tahapan yaitu beberapa tahap diantaranya adalah persiapan
wadah, penebaran benih, pemeliharaan benih (meliputi pemberian pakan,
pengendalian hama penyakit, pengelolaan kualitas air dan waktu) serta pemanenan.
Selain
itu, terdapat upaya-upaya khusus untuk menangani hama dan penyakit yaitu dengan
treatment menggunakan bahan-bahan
tertentu, sedangkan upaya untuk mempertahankan kualitas air menggunakan bakteri
probiotik seperti bakteri fotosintetik (photosynthetic
bacteria), Bacillus sp., dan Asperigillus sp.
2.2
Saran
Pada
pembesaran bawal bintang perlu
diperhatikan beberapa hal yaitu dalam pemberian pakan harus disesuaikan dengan
tempat ikan berkumpul (feeding ground).
Hal ini karena akan sangat berpengaruh pada kualitas air, yang selanjutnya berakibat
buruk pada kondisi ikan itu sendiri.
Selain
itu, dalam menjalankan usaha budidaya pembesaran bawal bintang harus
diperhatikan masalah penataan sarana dan prasarananya agar pada saat kita
butuhkan sudah tersedia dan mudah untuk memperolehnya, sehingga tidak menggangu
aktifitas dalam proses membudidayakan ikan bawal.
ANALISA USAHA (1 Siklus, 1 Petak)
A. Biaya
Investasi
No
|
Uraian
|
Jumlah
|
Harga
Satuan
(Rp)
|
Total
Harga
(Rp)
|
1
|
Pembuatan Andang/catwalk
|
4 unit
|
4.000.000
|
16.000.000
|
2
|
Pembelian Kincir
|
8 unit
|
3.400.000
|
27.200.000
|
3
|
Pembuatan Hapa
|
24 unit
|
147.250
|
3.534.000
|
4
|
Pembuatan Rangka Hapa
|
24 unit
|
105.225
|
2.525.400
|
5
|
Pembuatan Pemberat Hapa
|
24 unit
|
66.642
|
1.599.408
|
6
|
Kabel Kincir NYY
|
4 roll
|
1.222.000
|
4.888.000
|
7
|
MCB 50 A Instalasi Kincir
|
1 unit
|
390.000
|
390.000
|
8
|
MCB 60 A Instalasi Kincir
|
8 unit
|
170.000
|
1.360.000
|
9
|
Overlap 2,1 A Instalasi Kincir
|
8 unit
|
113.000
|
904.000
|
10
|
Kontaktor Sn 10/380 V
|
8 unit
|
133.500
|
1.068.000
|
11
|
Sewa Sarana Tambak
|
6 bulan
|
1.000.000
|
6.000.000
|
Total
Biaya Investasi
|
65.468.808
|
(Sumber: PT. Suri Tani Pemuka Situbondo,
2012)
B. Biaya
Penyusutan
No
|
Uraian
|
Nilai
(Rp)
|
Umur
Teknis
|
Nilai
Sisa
(10%)
|
Penyusutan
|
1
|
Tambak
|
22.000.000
|
15 tahun
|
2.200.000
|
1.466.666
|
2
|
Kincir 8 unit
|
35.810.000
|
5 tahun
|
3.581.000
|
7.162.000
|
3
|
Pembuatan Hapa
|
7.658.808
|
5 tahun
|
765.881
|
1.531.761
|
Total
Biaya Penyusutan
|
10.160.427
|
(Sumber: PT. Suri Tani Pemuka Situbondo,
2012)
C. Biaya Tetap
No
|
Uraian
|
Jumlah
|
Harga
Satuan
(Rp)
|
Total
Harga
(Rp)
|
1
|
Perawatan Kincir
|
8 unit
|
200.000
|
1.600.000
|
2
|
Perawatan Hapa
|
24 unit
|
100.000
|
2.400.000
|
3
|
Tenaga Kerja
|
2 orang
|
900.000
|
10.800.000
|
4
|
Pajak (PBB)
|
1 area
|
340.000
|
340.000
|
5
|
Penyusutan
|
-
|
-
|
10.160.427
|
Total
Biaya Tetap
|
25.300.427
|
(Sumber: PT. Suri Tani Pemuka Situbondo,
2012)
D. Biaya
Variabel
No
|
Uraian
|
Jumlah
|
Harga
Satuan
(Rp)
|
Total
Harga
(Rp)
|
1
|
Pakan Pellet
|
10,8 ton
|
13.000
|
140.400.000
|
2
|
Benih Bawal Bintang
|
20.000 ekor
|
2.000
|
40.000.000
|
3
|
Obat-obatan dan vitamin
|
1 unit
|
250.000
|
250.000
|
4
|
Sewa Listirk
|
6 bulan
|
1.000.000
|
6.000.000
|
Total
Biaya Variable
|
186.650.000
|
E. Pendapatan
Asumsi
analisis usaha dalam jangka waktu 6 bulan (1 kali siklus produksi)
·
Jumlah
produksi/siklus : 9,213ton
bawal bintang
·
Harga
per kg : Rp.
85.000,-
Maka pendapatan yang diperoleh per siklus adalah 9.213
kg x Rp. 85.000,-
= Rp. 783.105.000.,-
F. Keuntungan
Keuntungan
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.
Keuntungan =
Pendapatan – (Biaya Tetap + Biaya Variabel)
= Rp.
783.105.000,- – (Rp.25.300.427,- + Rp.186.650.000,-)
= Rp. 783.105.000,-
– Rp. 211.950.427,-
= Rp. 571.154.573,-
Jadi,
keuntungan yang diperoleh selama satu tahun adalah Rp. 571.154.573,-
G. Tingkat
Keuntungan (Profit Rate)
PR = (Keuntungan
Bersih : Total Biaya Operasional) x 100%
PR = (Rp. 571.154.573,-
: Rp. 211.950.427,-) x 100 %
PR
= 269 %
H. Perimbangan Penerimaan (R/C ratio)
Analisa ini
digunakan untuk mengetahui perbandingan antara rasio pendapatan yang diperoleh
terhadap total biaya yang dikeluarkan.
R/C = (Pendapatan atau Penerimaan : Total Biaya Operasional)
R/C = (Rp. 783.105.000,- : 211.950.427,-)
R/C = 3,69
Artinya, Rp. 1,- biaya yang
dikeluarkan akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 3,69,-. Sehingga usaha
pembenihan bawal bintang ini dapat dijalankan atau layak untuk diusahakan.
I. Analisis
Titik Impas (Break Even Point)
Analisis break even point
(BEP) merupakan teknik untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya
variabel, keuntungan, dan volume produksi. Sehingga dapat diketahui nilai titik
impas usaha pembesaran ikan bawal bintang tersebut.
BEP (unit) = [Biaya
Tetap : {Harga per kg – (Biaya Variabel : Jumlah Penjualan)}]
BEP (unit) = [Rp.
25.300.427,- : {Rp. 85.000,- – (Rp. 186.650.000,- : 9213 kg)}]
BEP (unit) = [Rp.
25.300.427,- : {Rp. 85.000,- – Rp. 20.259,-}]
BEP (unit) = [Rp.
25.300.427,- : Rp. 64.741,-]
BEP (unit) = 3.908 kg
Titik impas usaha pembesaran
bawal bintang terletak pada saat volume produksi mencapai 3.908 kg ikan bawal
bintang.
BEP (Rp) = [Biaya
Tetap : {1- (Biaya Variabel : Penerimaan)}]
BEP (Rp) = [Rp.
25.300.427: {1- (Rp. 186.650.000,- : Rp.
783.105.000.,-)}]
BEP (Rp) = [Rp.
25.300.427: {1- 0,238 }]
BEP (Rp) = [Rp.
25.300.427: 0,762]
BEP (Rp) = Rp. 33. 203,-/kg
Titik impas usaha pembesaran
bawal bintang terletak pada saat harga produksi ditetapkan Rp. 33. 203,-/kg
ikan bawal bintang.
J. Jangka Waktu Pengembalian
Modal (Pay Back Period)
Pay Back Period adalah waktu yang digunakan
untuk memperoleh kembali seluruh modal yang diinvestasikan dalam suatu usaha.
PP = (Total Biaya
Operasional : Nilai Hasil Produksi) x tahun
PP = (Rp. 211.950.427,- : Rp. 571.154.573,-)
x tahun
PP = 0,37 tahun
Hasil ini menunjukan bahwa total
modal yang dikeluarkan dalam usaha pembesaran bawal bintang dapat diperoleh
kembali setelah 4 bulan dan 14 hari.
By: Ian Faturohman
By: Ian Faturohman
Hallo kak. Terima kasih nih buat informasi yang baik ini. tapi apa boleh data keuangan yang telah kakak paparkan saya gunakan kembali dalam makalah saya. Tentunya, saya akan menjelaskan berdasarkan teori yang saya terima di sekolah saya , serta saya akan mencantumkan sumber dari mana saya memeproleh data ini. Terima kasih.
ReplyDelete