Thursday 8 November 2012

Pembesaran Ikan Bawal Bintang di Tambak (Versi STP - Japfa Group)

            Latar Belakang
Potensi lahan pertambakan di Indonesia diperkirakan mencapai 913.000 ha. Akan tetapi, menurut catatan departemen kelautan dan perikanan (DKP, 2004), luas areal pertambakan yang dimanfaatkan hingga tahun 2004 baru sekitar 378.700 ha atau 40% dari potensi lahan pertambakan. Luasan tersebut pun mengalami pengurangan karena berbagai faktor, di antaranya alih fungsi lahan untuk kepentingan industri dan pemukiman penduduk.
Potensi unggul perikanan di antaranya adalah ikan bawal bintang. Bawal bintang (Trachinotus blochii) adalah salah satu jenis komoditas ikan air laut pelagis yang merupakan spesies introduksi dari Taiwan dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii) atau yang dikenal dengan Pompano, mulai mendapat tempat di hati masyarakat. Ikan ini dapat dibudidayakan di Indonesia dan mempunyai daya adaptasi tinggi dan mudah dibudidayakan. Ketersediaan benih bawal bintang sebelum 2007 masih diimpor dari Malaysia yang harganya mahal yaitu seharga Rp 4000,00 dengan ukuran 3 cm. Akan tetapi  pada saat ini Indonesia melalui Balai Budidaya Laut Batam sudah dapat memproduksi benih bawal bintang dengan pemijahan induk yang berasal dari alam dan dijual dengan harga Rp 400,00 hingga Rp 500,00 per cm (Anonim, 2007).
Proses budidaya bawal bintang (Trachinotus blochii) dibedakan menjadi pembenihan dan pembesaran. Kegiatan pembesaran juga merupakan kunci utama dalam proses budidaya ikan bawal bintang hingga ukuran konsumsi. Usaha dalam budidaya bawal bintang memiliki potensi besar untuk dikembangkan karena dalam pembudidayaannya dapat dilakukan secara massal dan peluang usaha masih terbuka karena potensi lahan budidaya masih tersedia (Kadari et al., 2008). Selain itu, pangsa pasar bawal bintang yang cukup menjanjikan, baik dalam maupun luar negeri. Beberapa negara konsumen utama bawal bintang selama ini antara lain Jepang, Hongkong, China dan Kanada. 
Dewasa ini, usaha pembesaran ikan bawal bintang sudah mulai bermunculan di Indonesia. Pengelolaan pembesaran dimulai dari persiapan wadah pemeliharaan, penebaran benih, manajemen pakan, dan pemanenan. Tambak-tambak pembesaran yang ada, diharapkan mampu menghasilkan ikan bawal bintang yang berkualitas sesuai dengan siklus budidaya yang telah dibudidayakan yaitu sekitar 6 bulan.
Salah satu perusahaan yang bergerak dalam usaha pembesaran ikan bawal bintang adalah PT. Suri Tani Pemuka, Desa Sidodadi, Karang Tekok, Kelurahan Sumberwaru, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Perusahaan ini merupakan salah satu unit usaha pembesaran ikan bawal bintang yang telah mampu menerapkan teknologi pembesaran secara intensif, memilik tenaga ahli serta fasilitas yang cukup lengkap, sehingga dapat menghasilkan bawal bintang ukuran konsumsi yang berkualitas dengan jumlah produksi 8 ton per siklus. Berkaitan dengan nilai ekonomis bawal bintang yang tinggi dan kemampuan PT. Suri Tani Pemuka Situbondo dalam penerapan teknologi tersebut, maka penulis memilih kegiatan praktik kerja industri pembesaran ikan bawal bintang yang berlokasi di PT. Suri Tani Pemuka Situbondo.


Lokasi Perusahaan
PT. Suri Tani Pemuka Situbondo berlokasi di Desa Sidodadi, Karang Tekok, Sumberwaru, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Lokasi ini berada di sebelah barat Taman Nasional Baluran dan berbatasan langsung dengan Pantai Utara Jawa di sebelah utara. Lokasi ini pun dekat dengan kota Banyuwangi yaitu sekitar 50 kilometer.
Waktu yang dibutuhkan untuk menempuh perjalanan dari Cirebon sampai ke lokasi bergantung dari sarana transportasi yang digunakan. Lokasi ini dapat ditempuh dengan jalan darat menggunakan bus (waktu tempuh sekitar 20-24 jam). 

Organisasi dan Ketenagakerjaan
PT. Suri Tani Pemuka Situbondo berdiri pada tahun 1992 dengan komoditas awal adalah udang vaname (Litopenaeus vannamei). Perusahaan ini merupakan perusahaan yang tergabung dalam PT. Japfa Comfeed Indonesia di bawah Divisi Aquafeed. PT. Japfa Comfeed dikenal sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang pakan ternak dan ikan. Perusahaan ini memiliki beberapa unit yaitu hatchery udang dan ikan PT. Suri Tani Pemuka Anyer, PT. Suri Tani Pemuka Bali, PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi, dan PT. Suri Tani Pemuka Situbondo. Beberapa unit pabrik pakan ternak, unit produksi ayam, unit pengolahan unggas, unit cold storage Cirebon, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, tambah pembesaran bawal bintang PT. Suri Tani Pemuka Situbondo yang bergerak di bidang budidaya perairan (produksi benih) hanya merupakan pendukung dari kedua kegiatan utama tersebut.
Namun, sejak akhir tahun 2011, PT. Suri Tani Pemuka Situbondo beralih fungsi menjadi lokasi pembesaran ikan bawal bintang. Hal ini diduga air yang digunakan mengandung senyawa kimia atau penyakit udang tertentu sehingga tidak cocok untuk melakukan budidaya udang. Benih yang diperoleh didatangkan dari PT. Suri Tani Pemuka Bali.
PT. Suri Tani Pemuka Situbondo terdiri dari beberapa unit kerja yang terbagi menjadi unit produksi dan unit non-produksi. Unit produksi terdiri bagian pembesaran benih, bagian laboratorium, dan bagian logistik. Sedangkan bagian non-produksi terdiri dari bagian maintanance and electrical (ME), bagian personalia dan kantor, bagian pembelian (purchasing), bagian laporan dan keuangan (financing and accounting), dan bagian penjualan (marketing). Struktur organisasi PT. Suri Tani Pemuka Bali dapat dilihat pada Lampiran 1. Jumlah karyawan PT. Suri Tani Pemuka Situbondo adalah sebanyak 27 orang (Lampiran 2).
Bagian pembesaran benih terbagi menjadi empat sub bagian, yaitu petakan A6, petakan A7, petakan B3, dan petakan B4. Pembagian ini didasarkan pada siklus produksi dan spesifikasi kerja karyawan. Terkait dengan siklus produksi, pembagian menjadi empat petakan memiliki beberapa kelebihan yaitu tetap terdapat pemanenan ikan setiap 2 bulan. Sehingga pembagian ini menentukan keberlanjutan PT. Suri Tani Pemuka Situbondo untuk menghasilkan ikan bawal bintang ukuran konsumsi dan memenuhi permintaan konsumen. Sedangkan maksud dari pembagian produksi yang didasarkan pada spesifikasi kerja karyawan adalah memfokuskan karyawan pada cakupan pekerjaan yang lebih kecil. Hal ini berarti tidak terlalu banyak karyawan yang mengelola setiap petaknya. Sehingga manajemen, pengotrolan produksi, dan pembagian kerja akan semakin lebih mudah, efektif, dan menjadi tanggung jawab masing-masing pengelola petakan. Ukuran ikan konsumsi yang biasa dipanen oleh PT. Suri Tani Pemuka Situbondo yaitu sekitar 350-600 gram dan disesuaikan dengan permintaan konsumen.
Bagian laboratorium bertugas untuk mengontrol kualitas air, kelimpahan plankton, dan kondisi benih. Bagian logistik bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan, melaksanakan, mengontrol, dan mengevaluasi seluruh kegiatan yang berkaitan dengan arus keluar masuk barang di dalam maupun di luar lingkungan perusahaan serta kegiatan yang berkaitan dengan pemakaian, perawatan, dan perbaikan kendaraan logistik.


PEMBAHASAN

1.1  Persiapan Lahan
PT. Suri Tani Pemuka Situbondo menggunakan lahan tambak yang dilapisi terpal high density polyethilene (HDPE). Jumlah tambak yang digunakan dalam proses pembesaran ikan bawal bintang adalah sebanyak 4 petak yang diberi label A6, A7, B3, dan B4. Ukuran atau dimensi petakan dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Dimensi wadah budidaya PT. Suri Tani Pemuka Situbondo
Label Petakan
Dimensi Wadah (m)
Tinggi Air
Budidaya (m)
Volume Media
Budidaya (m3)
Panjang
Lebar
Tinggi
A6
79,0
48,0
2
1,2
4.550,4
A7
79,0
50,0
2
1,2
4.740,0
B3
83,5
49,0
2
1,2
4.909,8
B4
77,0
46,0
1,5
1,2
4.250,4

Sebelum memulai proses pembesaran ikan bawal bintang, wadah pemeliharaan benih disiapkan terlebih dahulu. Proses penyiapan ini meliputi perbaikan sarana dan prasarana pendukung, pembersihan, dan pengisian air. Proses perbaikan dilakukan  pada wadah produksi, instalasi aliran air masuk (inlet), instalasi listrik serta saluran pembuangannya (outlet). Alur proses persiapan wadah dapat dilihat pada Lampiran 3.
     Penyiapan wadah pemeliharaan benih bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang optimal bagi kehidupan, pertumbuhan, dan perkembangan benih, serta menghilangkan atau mengurangi potensi serangan mikroorganisme terhadap benih tersebut. Mengingat benih merupakan stadia yang paling kritis maka penyiapan wadah pemeliharaannya pun harus dilakukan secara seksama. Wadah pemeliharaan benih sudah disiapkan sebelum benih ditebar.
Pembersihan wadah bertujuan untuk mengangkat tiram-tiram yang menempel pada terpal dan andang (catwalk) akibat proses budidaya sebelumnya. Selain tiram, juga terdapat pasir, lumpur, dan lumut yang bisa mengganggu kualitas air jika diisi kembali.
Setelah wadah bersih dari kotoran-kotoran tersebut diangkat, selanjutnya dilakukan penyemprotan menggunakan air yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang masih tersisa dalam petakan.
Penyemprotan asam klorida (HCl) dilakukan setelah dipastikan wadah benar-benar bersih. Penyemprotan HCl berfungsi sebagai disinfektan untuk memusnahkan dan membunuh virus, bakteri, dinoflagelata, virus/parasit yang memiliki kista (dalam bentuk kalsium melalui proses kalsinasi) dan organisme lainnya seperti ikan. 
Penyemprotan HCl dilakukan pada pagi hari yang diawali dengan mengisi air tawar pada bak fiber yang bervolume 500 liter. Selanjutnya, HCl dengan konsentrasi 32% dilarutkan ke dalamnya sehingga memiliki konsentrasi 1%. Setelah merata dengan cara diaduk, cairan tersebut disemprotkan pada dinding kolam, dasar kolam, serta barang-barang yang akan digunakan seperti kincir, kabel, jaring penyekat, dan sebagainya. 
Pada saat penyemprotan HCl 1% tersebut dibutuhkan kehati-hatian. Proses tersebut harus mengenakan sarung tangan dan pakaian pelindung tubuh lainnya seperti jas hujan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kontak langsung antara cairan dengan kulit yang dapat menyebabkan gatal-gatal dan iritasi.
Setelah tahap penyemprotan dengan HCl 1%, kolam diisi air setinggi 80 cm pada siang harinya. Hal ini bertujuan untuk melarutkan kandungan HCl yang masih tersisa. Proses ini dioptimalkan dengan melakukan pemasangan kincir. Jumlah kincir (Actec®) yang digunakan harus disesuaikan dengan jumlah ikan yang akan kita tebar pada petakan. Satu unit kincir mampu memenuhi kebutuhan oksigen terlarut untuk 1-1,5 ton jumlah ikan.
Selain itu, tujuan lain dari pemasangan kincir antara lain untuk membuat arus sehingga penyebaran bahan desinfektan atau pupuk dapat merata, mengumpulkan bahan buangan metabolik seperti lumpur dan sisa pakan yang tidak termakan pada satu titik agar memudahkan dalam proses penyiponan, dan mengoptimalkan penyebaran plankton.
Sehari setelah pengisian air dilakukan penebaran trichlor (kandungan klorin sebesar 90%) sebanyak 10 ppm. Trichlor digunakan untuk mendesinfektasi organisme merugikan yang dapat masuk bersamaaan pada proses pengisian air. Organisme tersebut dapat berupa bakteri, parasit, jamur, dan hewan kecil lainnya.
Hari berikutnya dilakukan penebaran kapur pertanian (CaCO3) sebanyak 10 ppm dan pupuk ZA sebanyak 2 ppm. Hal ini bertujuan untuk menyediakan unsur hara bagi pertumbuhan plankton (khususnya menyediakan unsur kalsium dan karbon dioksida pada proses fotosintesis). Kedua jenis bahan ini ditebar selama dua hari sekali dan dihentikan hingga plankon tumbuh.
                Setelah pertumbuhan plankton optimal ditandai dengan perubahan warna air menjadi hijau muda, maka dilakukan penebaran bakteri fotosintetik (PSB, photosynthetic bacteria), Bacillus sp. dan Asperigillus sp. Ketiga jenis bakteri tersebut digunakan untuk menjaga kualitas air agar tetap konstan atau stabil. Media untuk masing-masing bakteri dapat dilihat pada Lampiran 4. Bakteri fotosintetik (PSB) digunakan untuk membatasi karbon dioksida (CO2) dan meningkatkan oksigen terlarut (DO, dissolved oxygen). Jumlah pemberian bakteri ini adalah sebanyak 10 liter per hari hingga masa panen dengan kepadatan 1x103 sel/ml.
Bacillus sp. diberikan selama satu bulan pertama sebanyak 10 liter/hari dengan kepadatan yang sama. Pemberian bakteri ini bertujuan untuk mengontrol pertumbuhan plankton, menstabilkan alkalinitas, dan mempertahankan pH 7,2-7,5. Secara umum, Bacillus sp. memiliki kemampuan untuk melangsungkan denitrifikasi, melarutkan karbonat, melarutkan pospat, dan menurun pH substrat akibat asam organik yang dihasilkannya (Hidayat, 2011).
Bakteri Aperigillus sp. diberikan selama lima bulan terakhir dengan jumlah dan kepadatan yang sama yaitu 10 liter/hari sebanyak 1x103 sel/ml. Penggunaan bakteri ini juga sebagai upaya pengontrolan plankton dan bermanfaat dalam proses penguraian bahan-bahan metabolik (lumpur dan sisa pakan yang tidak termakan), sehingga diharapkan media budidaya bertahan dalam kondisi bersih.

1.2 Penebaran Benih dalam Hapa
Hapa disiapkan sebelum penebaran benih. Hapa yang digunakan berupa super net yang memiliki dimensi 2x2x2 m3 dengan ukuran mata jaring 0,5x0,5 cm2. Benih ditebar sebaiknya dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00 atau siang hari sekitar pukul 13.00 WIB.
Parameter kualitas air media budidaya terlebih dahulu diukur, mencakup kandungan oksigen terlarut (DO), suhu, pH, dan salinitas. Selanjutnya, dilakukan proses penyesuaian parameter kualitas air antara wadah transportasi dan media pada petakan. Penyesuaian tersebut dilakukan dengan cara memasukan air dalam petakan ke dalam wadah transportasi dengan menggunakan pompa air. Setelah diperoleh kondisi yang sama, benih pun mulai dikeluarkan dari dalam wadah transportasi ke wadah-wadah penampung berupa bak fiber bervolume 500 liter yang telah dilengkapi dengan aerasi. Ikan-ikan tersebut didiamkan selama beberapa saat hingga terlihat aktif kembali dengan asumsi tingkat kestresan menurun selama proses transportasi. Kemudian, ikan diangkat menggunakan seser halus dan dimasukan ke dalam baskom untuk selanjutnya ditebar ke dalam hapa.

1.3  Pemeliharaan Ikan Bawal Bintang
1.3.1 Pemberian Pakan Ikan dalam Hapa
Ikan bawal bintang dipelihara pada kisaran salinitas 30-33 ppt, suhu 27-32°C, dengan pH pada 7,5-8,4. Setelah proses penebaran, umumnya benih terlihat tidak langsung memakan pakan yang diberikan. Ikan baru mulai makan dengan normal sekitar 5 jam setelah tebar. Benih diberi pakan 4 kali dalam sehari yaitu pada jam 07.00, 10.00, 13.00, dan 15.00 WIB.
Tabel 2. Jenis dan feed rate pakan ikan bawal bintang dalam hapa
Ukuran
Ikan (gram)
Jenis
Pakan
Feed Rate (%)
Frekuensi Pakan
(kali/hari)
2-10
KRA 1/KRA 1,3
6-8
4
11-25
KRA 1,6/KPA3
4-6
4



1.3.2 Penggantian Hapa
Penggantian hapa dimaksudkan untuk mengangkat buangan metabolik seperti pakan yang tidak termakan maupun feses ikan yang dapat menyebabkan keracunan dan penyakit pada ikan. Selain itu, pemasangan hapa baru berguna agar penyebaran oksigen terlarut dapat lebih optimal masuk ke dalamnya. Penggatian hapa rutin dilakukan setiap 5-7 hari atau bisa lebih cepat tergantung dari kondisi kebersihan jaring. Jaring yang kotor kemudian disimpan di tempat pencucian jaring untuk dibersihkan agar dapat digunakan kembali.
1.3.3 Tebar Benih dalam Petakan
Benih ikan bawal bintang ditebar setelah berukuran minimal 7 cm. Benih dilepas dari hapa ke dalam petakan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan ruang gerak agar ikan dapat tumbuh secara optimal. Dalam proses pelepasan ikan tersebut selanjutnya dicari posisi daerah pemberian pakan (feeding ground).
1.3.4 Pemberian Pakan Ikan dalam Petakan
Pemberian pakan pada benih ikan bawal bintang yang telah dilepas ke dalam petakan dilakukan dengan frekuensi 4 kali/hari yaitu pada pukul 07.00, 10.00, 13.00, dan 15.00 WIB. Jenis pakan diberikan yaitu KRA 1,6, KPA 3, KPA 5, dan KPA7. Pemberian jenis pakan KRA 1,6 dan KPA 3 dilakukan selama sekitar 2 bulan sebanyak 20 kg/hari, kemudian jenis pakan KPA 5 selama 1,5 bulan dan KPA 7 diberikan hingga ikan siap untuk dipanen.
Tabel 3. Dosis dan jenis pakan untuk ikan yang dilepas dalam petakan
Ukuran
Ikan (gram)
Jenis
Pakan
Feed Rate (%)
Frekuensi Pakan
(kali/hari)
26-100
KPA 3
2,75-4
3
101-200
KPA 5
1,75-2,75
3
201-400
KPA 7
1-1,75
2
>400
KPA 7/KPA 10
0,75-1
2

1.3.5 Pengelolaan Kualitas Air
Dalam proses budidaya ikan, pengelolaan kualitas air sangat penting. Hal ini disebabkan kualitas air memiliki dampak secara langsung terhadap perkembangan dan pertumbuhan ikan yang dibudidaya. Jika pengelolaannya kurang bagus maka akan dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, mudah terserang penyakit seperti parasit, bakteri, atau penyakit ikan lainnya, serta dapat menyebabkan kematian.
Terdapat beberapa proses pengelolaan kualitas air pada PT. Suri Tani Pemuka Situbondo, yaitu pergantian air (water rolling) dan penyiponan. Pergantian air dilakukan selama kurang lebih 7 jam/hari. Proses ini bertujuan untuk menganti air yang lama agar lebih segar serta mengeluarkan kotoran seperti sisa-sisa bagian plankton atau organisme lain yang telah mati dan bibit penyakit yang terkandung pada air petakan.
Proses pergantian air yang optimal pada budidaya ikan bawal bintang dilakukan 50% hingga 100% (Kadari, 2008). Akan tetapi pergantian air yang dilakukan pada PT. Suri Tani Pemuka Situbondo hanya sekitar 16%. Hal ini disebabkan stok air yang tersedia digunakan untuk menyuplai pergantian air pada petakan lainnya.
            Proses penyiponan bertujuan untuk membuang bahan-bahan metabolik yang terdapat atau mengendap di dasar petakan. Bahan-bahan metabolik dapat berupa lumpur, sisa-sisa pakan yang tidak termakan, atau mikroorganisme yang telah mati. Penyiponan dilakukan 3 hari sekali selama 1-2 jam dengan menggunakan selang spiral.
            Selain itu, proses pengontrolan kualitas air juga dilakukan setiap harinya dengan mengukur parameter kualitas air setiap petakan pada tiga titik yang berbeda yaitu titik inlet, tengah, dan outlet. Parameter kualitas air yang diukur pada tambak PT. Suri Tani Pemuka Situbondo yaitu kadar oksigen terlarut (DO), salinitas, pH, suhu, dan kecerahan. Suhu dan DO diukur menggunakan DO meter dengan merek dagang YSI®, mengukur pH menggunakan pH meter bermerek Geotestr®. Untuk mengukur salinitas menggunakan refraktometer dengan merek Atago®, sedangkan pengukuran kecerahan dilakukan dengan menggunakan Sacchi Disk.

1.3.6 Sampling
Sampling dilakukan satu bulan sekali dengan mengambil sampel 30 ekor ikan bawal bintang. Parameter sampling meliputi panjang total dan bobot. Sebelum dilakukan pengukuran dan penimbangan ikan bawal bintang yang dijadikan sampel diberi MS-222 berbentuk serbuk sebagai bahan anestetik (pembiusan). Selain untuk mengetahui pertumbuhan ikan baik bobot maupun panjang, tujuan lain dari sampling adalah menentukan jumlah pakan yang diberikan berdasarkan feeding rate (FR) dan mengetahui kondisi kesehatan ikan.

1.3.7 Penanggulangan Hama dan Penyakit
Penyakit yang biasa menyerang pada ikan bawal adalah Cryptocaryasis yang disebabkan oleh parasit Cryptocaryon irritans. Ciri-ciri penyakit ini yaitu nafsu makan menurun, kurus, warna tubuh menjadi gelap, ikan menggosok-gosok tubuh pada objek lain (jaring, dinding kolam, dll), muncul bintik-bintik putih atau coklat pada sirip, kulit, atau insang. Produksi lendir berlebih, sirip sobek. Pada tingkat infeksi tinggi seringkali disertai pendarahan, mata buram sehingga menyebabkan kebutaan. Infeksi sekunder oleh bakteri akan memperburuk kondisi kesehatan dan mempercepat proses kematian (KKP, 2010).
Cryptocaryon irritans hidup pada kulit dan insang ikan selama 7 hari, pada suhu air 24-27°C. Fase hidup dalam tubuh ikan ini disebut sebagai trophont. Setelah dewasa, parasit ini akan meninggalkan tubuh ikan dan masuk dalam lingkungan air sebagai sebuah sel tunggal besar bernama tomont. Tomont akan berenang dalam air selama 12 - 18 jam. Selanjutnya membentuk kista dengan dinding lengket sehingga memungkinkannya melekat pada benda-benda yang berada dalam wadah pemeliharaan, seperti batu karang, jaring, dll. Kista ini berukuran 200-400 mikron.
Sel di dalam kista kemudian membelah diri dan menghasilkan 200 parasit yang disebut tomite. Proses pembelahan sel tersebut berlangsung sekitar 3 - 28 hari. Masing-masing sel hasil pembelahan ini berukuran 25-60 mikron. Setiap sel akan membentuk bulu getar yang selanjutnya akan menembus kulit kista dan berenang dalam air. Parasit pada fase ini disebut sebagai theront. Dengan ukuran sedemikian kecil theront tidak akan dapat dilihat dengan mudah dengan mata telanjang.
Theront hanya hidup beberapa jam saja dalam air apabila tidak mendapatkan ikan sebagai inangnya. Begitu mendapatkan ikan, theront dalam waktu 5 menit akan membenamkan dirinya pada kulit dan insang, kemudian hidup dan tumbuh di sana.
Cara yang dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka Situbondo dalam menanggulangi parasit ini adalah dengan melakukan perlakuan (treatment) menggunakan formalin 50 ppm dan Purazolidon® (dengan bahan aktif ???) dengan konsentrasi 100 ppm.
Pada proses treatment menggunakan bak fiber yang telah diisi air sebanyak 500 liter. Kemudian kedua bahan treatment yaitu formalin sebanyak 25 ml dan Purazolidon® sebanyak 5 gram dilarutkan ke dalamnya. Ikan yang terindikasi adanya infeksi parasit Cryptocaryon irritans diangkat dan dimasukkan ke dalam media treatment tersebut serta dibiarkan maksimal 1 jam. Waktu perendaman ikan pada media tratment juga disesuaikan dengan kondisi ikan. Jika sudah terlihat gelisah, benih ikan bawal bintang tersebut langsung diangkat dan masukan benih ke dalam hapa baru.
Setelah itu, air sisa treatment dialirkan melalui selang ke outlet menggunakan pompa. Hal ini bertujuan untuk menghindari masuknya bibit penyakit atau parasit yang masih mampu bertahan dalam media treatment dan juga agar tidak mencemari air pemeliharaan pada petakan.
Hama dan penyakit bukan hanya terjadi pada saat pemeliharaan di hapa saja tetapi juga terjadi pada pemeliharaan ikan bawal bintang di petakan (setelah dilepas). Untuk mencegah timbulnya hama dan penyakit dalam petakan adalah dengan cara tebar Neguvon® dengan konsentrasi 0,025 ppm. Neguvon® terlebih dahulu dilarutkan dalam 1 liter air kemudian ditebar di sekitar kincir.

1.3.8 Pemanenan
Pemanenan bawal bintang ini dilakukan pada ikan berumur atau telah dipelihara selama ± 180 hari (6 bulan) dengan bobot ikan sekitar 350-500 gram/ekor. Proses pemanenan diawali dengan pemasangan hapa, penjaringan ikan, pengangkatan ikan, proses bleeding, packing, hingga proses transportasi ke cold storage Banyuwangi.

1.3.9 Pemasangan Hapa
            Pemasangan hapa dilakukan di sekitar andang/catwalk yang dekat ke arah pematang. Hapa berbentuk persegi berukuran 2x2 m2 dilengkapi dengan pemberat hapa dan instalasi aerasi. Hapa berada pada ketinggian 10 cm dari dasar tambak dengan ketinggian air 60 cm. Hapa dipasang sedemikian rupa sehingga mampu menampung ikan hasil penjaringan sebanyak 50 ekor/hapa.
            Pada proses penjaringan ikan menggunakan dua tahapan jaring yang disebut jaring luar dan jaring dalam. Jaring luar berfungsi untuk mengumpulkan atau menggiring ikan agar mudah dalam proses penjaringan selanjutnya. Jaring luar yang terisi ikan dibentuk setengah lingkaran hingga ke arah tanggul atau pematang. Kemudian ikan bawal bintang dijaring tahap kedua dengan menggunakan jaring dalam yang lebih kecil. Ikan yang berada dalam jaring dalam tersebut diseser dan diseleksi. Jika ikan ditemukan cacat ataupun ukuran ikan belum siap untuk dipanen maka ikan tersebut akan dikembalikan ke dalam petakan. Ikan yang telah sesuai dengan ukuran  dimasukan ke dalam ember dan diangkut untuk kemudian dimasukan ke dalam hapa.
Pemanenan ikan bawal bintang dilakukan dini hari sekitar pukul 00.00 WIB hingga 05.00 WIB. Ikan yang telah berada dalam hapa diserok dan diangkat untuk kemudian dimasukan ke dalam ember-ember yang bervolume 20 liter. Setiap ember menampung 10-15 ekor ikan. Penyerokan atau pengangkatan ikan dimulai dari hapa yang terdekat dengan saung atau rumah jaga. Ember-ember yang telah berisi ikan tersebut selanjutnya dibawa menuju alat transportasi menuju proses bleeding (pelepasan darah). Sebelum dibawa ke alat transportasi, ikan telah dihitung jumlahnya.
Ikan yang telah diangkat dari tambak selanjutnya menuju tempat pencucian awal. Ikan dimasukan ke dalam jaring pencuci dan ditempatkan dalam wadah air tawar (bak beton). Pada proses ini, ikan dipastikan bersih dari lumut dan lendir. Air tawar pada pencucian ini diganti secara berkala jika terlihat keruh. Proses berikutnya adalah pemutusan aliran darah pada insang. Ikan-ikan yang telah bersih selanjutnya dipotong insangnya dan dimasukan ke dalam bak fiber bervolume 500 liter yang telah berisi air tawar sebanyak 250 liter. Darah dari ikan-ikan tersebut dibiarkan merembes keluar selama 10 menit. Air dalam bak fiber yang telah bercampur darah dibuang dan diganti dengan air tawar yang baru.Proses bleeding bertujuan mengeluarkan sebagian darah dalam tubuh sehingga mampu mencegah terjadinya proses pembusukan ikan selama perjalanan menuju cold storage.
Ikan-ikan yang telah mati diangkat dan dimasukan ke dalam wadah baskom yang telah dilubangi agar air bercampur darah tidak ikut pada saat proses pencucian tahap kedua. Proses pencucian ini menggunakan air tawar yang menggalir. Proses ini pun bertujuan agar gumpalan-gumpalan darah yang telah membeku dan sisa-sisa rembesan darah pada ikan tidak ikut dalam proses selanjutnya.
Ikan yang telah dicuci bersih kemudian dimasukan ke dalam wadah bak fiber yang telah diisi es curah dan air tawar sebanyak 50 liter. Ikan dibiarkan selama kurang lebih 30 menit hingga mengeras (membeku). Tujuan dari proses ini adalah untuk menghentikan laju perkembangbiakan bakteri pembusuk pada ikan. Es curah dalam wadah fiber pada proses ini ditambah secara bertahap seiring dengan dengan bertambahnya ikan yang telah melewati proses bleeding dan pencucian akhir. Proses ini dapat dikatakan sebagai proses antara atau proses pertengahan sebelum menuju proses pembekuan dalam wadah transportasi ke cold storage.
Ikan-ikan bawal bintang yang telah selesai proses pembekuan awal selanjutnya ditata rapi dalam wadah transportasi yang telah berisi es curah. Penataan ikan dilakukan dengan meletakkan ikan secara terbalik (perut berada pada posisi di atas). Hal ini bertujuan agar sisa-sisa pakan atau isi perut tidak keluar selama proses transportasi berlangsung.
Selain ikan bawal bintang segar, PT Suri Tani Pemuka Situbondo juga melayani konsumen yang menginginkan ikan bawal bintang hidup sampai ke lokasinya. Permintaan ikan bawal bintang hidup ditujukan kepada restoran-restoran Jakarta dan Bali.
            Persiapan yang matang terhadap ikan hidup dan bahan pengemas sangat diperlukan untuk memperlancar dan melindungi ikan agar tetap segar hingga tiba di tempat tujuan. Persiapan terhadap ikan berupa kegiatan pemuasaan dan pemilahan ukuran (grading). Pemuasaan bertujuan untuk menghindarkan terjadinya buangan sisa-sisa metabolisme dalam tubuh ikan yang dapat menurunkan kualitas air selama proses transportasi. Lama pemuasaan sekitar 6-24 jam, tergantung ukuran ikan. Semakin besar ikan pumuasaannya pun semakin lama. Sementara pemilahan ukuran dilakukan untuk menyeragamkan ukuran ikan dalam satu wadah pengangkutan.
Adapun alat yang diperlukan dalam packing ikan bawal bintang hidup berupa wadah berbahan fiberglass, aerator (Hi-Blow®) atau oksigen murni, selang dan batu aerasi, serta pompa celup. Selain itu, bahan lain yang perlu disiapkan adalah air laut dan es batu. Air laut tersebut harus jernih dengan salinitas yang sama dengan media air budidaya (33-34 ppt), sedangkan es batu digunakan untuk menurunkan suhu air media angkut sampai 22 °C. Suhu yang rendah menyebabkan proses metabolisme berjalan lambat sehingga penggunaan oksigen menjadi rendah dan metabolisme yang berlebihan dalam tubuh dapat dihindari.
            Waktu tempuh adalah 28 jam untuk lokasi Jakarta dan 5 jam untuk daerah Bali. Alat transportasi yang digunakan berupa kendaraan darat yaitu truk. Wadah angkutnya berupa bak/tangki fiberglas yang telah terisi air laut penuh. Suhu air laut harus stabil selama dalam perjalanan, yaitu sekitar 19-25 °C.
Untuk memenuhi kebutuhan oksigen bagi ikan selama pengangkutan, media pengangkutan perlu diberi aerasi. Sebelum ikan dimasukan, air di dalam tangki diberi pecahan es balok sebanyak 5 buah untuk menstabilkan suhu air terlebih dahulu. Es balok juga dimasukan ke dalam wadah kotak sebelah tangki sebanyak 5 buah yang berguna untuk menstabilkan suhu selama perjalanan. Proses ini menggunakan sistem resirkulasi yang telah dirancang khusus untuk meminimalisir kegagalan dalam proses transportasi. Selanjutnya, ikan dimasukan ke dalam dengan kepadatan ikan 150 kg/ton air.



KESIMPULAN

2.1Kesimpulan
            Proses pembesaran bawal bintang (Trachinotus blochii) memiliki tahapan yaitu beberapa tahap diantaranya adalah persiapan wadah, penebaran benih, pemeliharaan benih (meliputi pemberian pakan, pengendalian hama penyakit, pengelolaan kualitas air dan waktu) serta pemanenan.
            Selain itu, terdapat upaya-upaya khusus untuk menangani hama dan penyakit yaitu dengan treatment menggunakan bahan-bahan tertentu, sedangkan upaya untuk mempertahankan kualitas air menggunakan bakteri probiotik seperti bakteri fotosintetik (photosynthetic bacteria), Bacillus sp., dan Asperigillus sp.

2.2 Saran
            Pada pembesaran bawal bintang  perlu diperhatikan beberapa hal yaitu dalam pemberian pakan harus disesuaikan dengan tempat ikan berkumpul (feeding ground). Hal ini karena akan sangat berpengaruh pada kualitas air, yang selanjutnya berakibat buruk pada kondisi ikan itu sendiri.
Selain itu, dalam menjalankan usaha budidaya pembesaran bawal bintang harus diperhatikan masalah penataan sarana dan prasarananya agar pada saat kita butuhkan sudah tersedia dan mudah untuk memperolehnya, sehingga tidak menggangu aktifitas dalam proses membudidayakan ikan bawal.



ANALISA USAHA (1 Siklus, 1 Petak)

A. Biaya Investasi
No
Uraian
Jumlah
Harga Satuan
(Rp)
Total Harga
(Rp)
1
Pembuatan Andang/catwalk
4 unit
4.000.000
16.000.000
2
Pembelian Kincir
8 unit
3.400.000
27.200.000
3
Pembuatan Hapa
24 unit
147.250
3.534.000
4
Pembuatan Rangka Hapa
24 unit
105.225
2.525.400
5
Pembuatan Pemberat Hapa
24 unit
66.642
1.599.408
6
Kabel Kincir NYY
4 roll
1.222.000
4.888.000
7
MCB 50 A Instalasi Kincir
1 unit
390.000
390.000
8
MCB 60 A Instalasi Kincir
8 unit
170.000
1.360.000
9
Overlap 2,1 A Instalasi Kincir
8 unit
113.000
904.000
10
Kontaktor Sn 10/380 V
8 unit
133.500
1.068.000
11
Sewa Sarana Tambak
6 bulan
1.000.000
6.000.000
Total Biaya Investasi
65.468.808
(Sumber: PT. Suri Tani Pemuka Situbondo, 2012)
B. Biaya Penyusutan
No
Uraian
Nilai (Rp)
Umur
Teknis
Nilai Sisa
(10%)
Penyusutan
1
Tambak
22.000.000
15 tahun
2.200.000
1.466.666
2
Kincir 8 unit
35.810.000
5 tahun
3.581.000
7.162.000
3
Pembuatan Hapa
7.658.808
5 tahun
765.881
1.531.761
Total Biaya Penyusutan
10.160.427
(Sumber: PT. Suri Tani Pemuka Situbondo, 2012)
C. Biaya Tetap
No
Uraian
Jumlah
Harga Satuan
(Rp)
Total Harga
(Rp)
1
Perawatan Kincir
8 unit
200.000
1.600.000
2
Perawatan Hapa
24 unit
100.000
2.400.000
3
Tenaga Kerja
2 orang
900.000
10.800.000
4
Pajak (PBB)
1 area
340.000
340.000
5
Penyusutan
-
-
10.160.427
Total Biaya Tetap
25.300.427
(Sumber: PT. Suri Tani Pemuka Situbondo, 2012)
D. Biaya Variabel
No
Uraian
Jumlah
Harga Satuan
(Rp)
Total Harga
(Rp)
1
Pakan Pellet
10,8 ton
13.000
140.400.000
2
Benih Bawal Bintang
20.000 ekor
2.000
40.000.000
3
Obat-obatan dan vitamin
1 unit
250.000
250.000
4
Sewa Listirk
6 bulan
1.000.000
6.000.000
Total Biaya Variable
186.650.000
E. Pendapatan
Asumsi analisis usaha dalam jangka waktu 6 bulan (1 kali siklus produksi)

·         Jumlah produksi/siklus            : 9,213ton bawal bintang
·         Harga per kg                           : Rp. 85.000,-

Maka pendapatan yang diperoleh per siklus adalah 9.213 kg x Rp. 85.000,-
= Rp. 783.105.000.,-

F. Keuntungan
Keuntungan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.

Keuntungan = Pendapatan – (Biaya Tetap + Biaya Variabel)

= Rp. 783.105.000,- – (Rp.25.300.427,- + Rp.186.650.000,-)
= Rp. 783.105.000,- – Rp. 211.950.427,-
= Rp. 571.154.573,-

Jadi, keuntungan yang diperoleh selama satu tahun adalah Rp. 571.154.573,-

G. Tingkat Keuntungan (Profit Rate)

PR = (Keuntungan Bersih : Total Biaya Operasional) x 100%

PR = (Rp. 571.154.573,- : Rp. 211.950.427,-) x 100 %

PR = 269 %

H. Perimbangan Penerimaan (R/C ratio)
Analisa ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara rasio pendapatan yang diperoleh terhadap total biaya yang dikeluarkan.

R/C = (Pendapatan atau Penerimaan : Total Biaya Operasional)
R/C = (Rp. 783.105.000,- :  211.950.427,-)
R/C = 3,69

Artinya, Rp. 1,- biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 3,69,-. Sehingga usaha pembenihan bawal bintang ini dapat dijalankan atau layak untuk diusahakan.
I. Analisis Titik Impas (Break Even Point)

Analisis break even point (BEP) merupakan teknik untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan, dan volume produksi. Sehingga dapat diketahui nilai titik impas usaha pembesaran ikan bawal bintang tersebut.

BEP (unit) = [Biaya Tetap : {Harga per kg – (Biaya Variabel : Jumlah Penjualan)}]
BEP (unit) = [Rp. 25.300.427,- : {Rp. 85.000,- – (Rp. 186.650.000,- : 9213 kg)}]
BEP (unit) = [Rp. 25.300.427,- : {Rp. 85.000,- – Rp. 20.259,-}]
BEP (unit) = [Rp. 25.300.427,- : Rp. 64.741,-]
BEP (unit) = 3.908 kg

Titik impas usaha pembesaran bawal bintang terletak pada saat volume produksi mencapai 3.908 kg ikan bawal bintang.

BEP (Rp) = [Biaya Tetap : {1- (Biaya Variabel : Penerimaan)}]
BEP (Rp) = [Rp. 25.300.427: {1- (Rp. 186.650.000,- : Rp. 783.105.000.,-)}]
BEP (Rp) = [Rp. 25.300.427: {1- 0,238 }]
BEP (Rp) = [Rp. 25.300.427: 0,762]
BEP (Rp) = Rp. 33. 203,-/kg

Titik impas usaha pembesaran bawal bintang terletak pada saat harga produksi ditetapkan Rp. 33. 203,-/kg ikan bawal bintang.

J. Jangka Waktu Pengembalian Modal (Pay Back Period)

Pay Back Period adalah waktu yang digunakan untuk memperoleh kembali seluruh modal yang diinvestasikan dalam suatu usaha.

PP = (Total Biaya Operasional : Nilai Hasil Produksi) x tahun
PP = (Rp. 211.950.427,- : Rp. 571.154.573,-) x tahun
PP =  0,37 tahun

Hasil ini menunjukan bahwa total modal yang dikeluarkan dalam usaha pembesaran bawal bintang dapat diperoleh kembali setelah 4 bulan dan 14 hari.

By: Ian Faturohman


1 comment:

  1. Hallo kak. Terima kasih nih buat informasi yang baik ini. tapi apa boleh data keuangan yang telah kakak paparkan saya gunakan kembali dalam makalah saya. Tentunya, saya akan menjelaskan berdasarkan teori yang saya terima di sekolah saya , serta saya akan mencantumkan sumber dari mana saya memeproleh data ini. Terima kasih.

    ReplyDelete