Sunday 4 November 2012

Cawing Hidung (Schismatorhynchos heterorhynchos), Ikan Asli Indonesia yang Harus Mendapat Perhatian

ABSTRAK
Ikan Cawing hidung (Schismatorhynchos heterorhynchos) merupakan ikan asli Indonesia termasuk golongan cyprinidae yang sudah sangat langka dijumpai di daerahnya yaitu pegunungan di Sumatera Selatan. Ikan ini mempunyai ciri bagian mulut dan hidung yang bercabang. Jika ini dapat didomestikasi, maka ikan ini berpotensi untuk dijadikan ikan hias yang dapat dijual dengan nilai yang tinggi karena kekhasan tersebut dan warnanya yang cantik.

PENDAHULUAN
Sumber daya genetik ikan air tawar sudah banyak dipublikasikan walaupun secara parsial di suatu kawasan atau badan air. Masih banyak spesies yang belum terungkap secara jelas, apalagi keberadaan ikan tersebut pada saat ini ada yang telah mulai punah akibat kerusakan lingkungan perairannya oleh berbagai sebab.
Salah satu spesies yang telah tertangkap pada tahun 2005 yaitu ikan cawing hidung. Schismatorhynchos heterorhynchos di sungai Rawas yang merupakan hulu sungai Musi di Kabupaten Musi Rawas. Ikan ini tertangkap bersama ikan botia dan berbagai jenis rasbora. Pada waktu tertangkap ikan ini terdiri atas 3 ekor betina dan 2 ekor jantan yang matang kelamin. Lokasi penangkapan adalah daerah berarus deras dan jernih dengan dasar bebatuan di kaki Pegunungan Bukit Barisan.
Jenis  Schismatorhynchos heterorhynchos memiliki keunikan pada moncongnya: yaitu adanya celah horizontal yang membagi dua moncong ini (Weber & Beaufort, 1916). Bagian atas merupakan tonjolan moncong yang tebal, sedangkan bagian bawah merupakan tonjolan lebih panjang namun keduanya memiliki lubang-lubang (pores) besar dan tuberkel.
Uji coba pemijahan dengan kawin suntik dilakukan dan hasilnya cukup menggembirakan, dengan dihasilkannya larva. Anakan/larva yang diperoleh ini dilepas kembali ke sungai dengan harapan akan menjadi dewasa di alamnya.

Klasifikasi
Didalam taksonomi, ikan cawing hidung diklasifikasikan sebagai berikut :
Kelas: Pisces
Ordo: Cypriniformes
Famili: Cyprinidae
Genus: Schismatorhynchos (Bleeker, 1855)
Spesies: Schismatorhynchos heterorhynchos (Bleeker, 1853)
Scientific synonyms:
- Lobocheilos heterorynchos (Bleeker, 1853: 524)
- Schysmatorhynchos lobocheilos (Bleeker, 1855: 259)
- Schysmatorhynchos heterorhynchos (Bleeker, 1863: 193)
- Tylognathus heterorhynchos (Gunter, 1867: 67)

Beberapa nama lokalnya adalah :
Ikan Bato, Kalansio (Embaloh), Kedil (Sibau), Pasa (Mendalam) (Schuster & Djajadiredja, 1952) Cawing Hidung (Musi Rawas), Cawang Hidung (Musi Banyuasin).
Distribusi
Di Sumatera ikan cawing hidung dilaporkan terdapat di Solok, Sumatera Barat dan di sungai Batanghari, Jambi (Roberts, 1989; Siebert & Tjakrawidjaja, 1998), di Musi Rawas dan Musi banyuasin (Sumatera Selatan). Di Borneo terdapat di sungai Kapuas (Roberts, 1989; Siebert & Tjakrawidjaja, 1998).

Habitat
Di daerah Aliran Sungai (DAS) Kapuas jenis Schismatorhynchos heterorhynchos ditemukan di sungai Pinoh, sungai yang berair jernih dan berarus deras dengan substrat yang umumnya berbatu (Roberts, 1989). Di DAS Embaloh, Sibau, dan Mendalam ikan ini terdapat di sungai-sungai utama (lebar 30-40 m) maupun di anak sungainya yang berukuran kecil (1,5-8 m)yang secara ekologi masih alami yaitu di dalam kawasan konservasi (dalam kawasan taman nasional) dan sekitarnya. Tipe habitatnya adalah arus sedang-deras, air jernih dan berbatu-batu sampai batu berukuran besar (boulder) pada ketinggian sekitar 90-200 m dpl. (Rachmatika & Haryono, 1999; Rachmatika, 2001). Di sungai Embaloh individu dewasa pada musim kering dijumpai di anak-anak sungainya. Di sungai Rawas di desa Bingin Rawas dan anak Musi di Muara lakitan, dijumpai di bagian hulu yang berbatu, berarus sedang-deras, dan berair jernih.

Status populasi dan trend populasi
Di Kapuas, yaitu pada beberapa stasiun di DAS Embaloh dan Sibau, ikan ini memiliki frekuensi keterdapatan yang sedang, sedangkan di DAS Mendalam frekuensi keterdapatannya tinggi. Kelimpahannya tergolong rendah dengan kelimpahan rata-rata masing-masing 1-2,63 ekor/stasiun pada ketiga sub DAS Kapuas tersebut. Survai di sungai Embaloh pada tahun 1996 (pada musim hujan) kelimpahan S. heterorhynchos adalah 1,86 ekor/stasiun, sedangkan tahun 1997 (dimusim kering) kelimpahannya relatif lebih tinggi yaitu 2,35 ekor/stasiun. Hal ini menunjukkan adanya variasi musiman dimana pada musim kering penyebaran ikan lebih mengumpul (Rachmatika, 1997). Di Bingin Rawas dan Muara Latikan di bagian hulu sungai Musi, Sumatera Selatan informasi yang diperoleh dari nelayan yang menangkap ikan ini pada awal musim penghujan dijumpai ikan-ikan yang siap pijah dan pada akhir musim penghujan sudah tertangkap anak-anaknya tetapi jumlahnya tidak banyak.

Penyebaran
Jenis S. heterorhynchos memiliki penyebaran yang secara geografis relatif stabil. Distribusi geografis ikan ini adalah di sungai-sungai yang merupakan anak sungai Kapuas. Sungai Kapuas diketahui pada zaman Pleistocene (2 juta tahun yang lalu) merupakan bagian dari sungai Sunda utara, yang merupakan tempat evolusi berbagai jenis ikan air tawar penting diantaranya jenis-jenis Cyprinidae (Roberts, 1989). Hal ini sejalan dengan keadaan batuan geologi yang ada bahwa formasi batuan di kawasan Taman Nasional Betung Kerihun tergolong batuan di zaman Paleozoic, Mesozoic, Tertiary dan Cenozoic (Pieters et al., 1993 dalam Soedjito, 1999).

Ancaman
Di DAS Embaloh ikan ini biasanya tertangkap dengan ikan yang bernilai ekonomis seperti Tor douronensis, Puntius bramoides, Botia hymenophysa dan Osteochilus hasseltii; di DAS Sibau tertangkap dengan jenis Botia hymenophysa dan Puntius bramoides; di DAS mandalam ikan ini biasa tertangkap bersama Tor tambra, T. Tambroides, dan jenis-jenis ikan hias seperti seluang merah dan Rasbora voltzii. Di Bingin Rawas dan Muara lakitan tertangkap bersama ikan Botia Macracantha dan Botia hymenophysa. Kottelat et al. (1993) memasukkan S. heterorhynchos sebagai salah satu jenis yang termasuk di dalam daftar jenis-jenis ikan yang harus diawasi karena ancaman kepunahan. Karena ikan ini hidupnya di tipe habitat berair jernih, air dengan kekeruhan yang tinggi akan mengancam keberlangsungan populasinya. Hal ini terutama ditunjukan pada populasi yang tardapat di daerah yang bukan merupakan kawasan yang dilindungi.

Pemanfaatan dan Perdagangan
S. heterorhynchos dikonsumsi oleh penduduk setempat bersama jenis-jenis ikan lainnya yang merupakan hasil tangkapan dari alam. Penangkaran atau perbanyakan/pemijahan secara buatan untuk tujuan komersil belum dilakukan, tetapi uji coba in situ telah dilakukan dan berhasil dipijahkan dengan cara kawin suntik (induced breeding). S. heterorhynchos ditemukan matang gonad pada saat awal musim hujan bersamaan dengan jenis-jenis ikan lainnya yaitu : Grynocheilus pustulosus; Botia hymenophysa; Bagarius yarelly, Osteochilus borneensis, Rasbora sp., Barbodes schwanenfeldii, dan Tor tambroides. Belum diketahui aspek-aspek biologi termasuk reproduksi dari S. heterorhynchos yang sangat berbeda dengan jenis lainnya yang berkerabat dekat yaitu Schismatorhynchos endecarphis yang menyebar di sungai Barito, sungai Pinoh, kapuas, maupun yang menyebar di Rejang Basin, Sarawak (Siebert & Tjakrawidjaja, 1998).

No comments:

Post a Comment